Media sosial menjadi salah satu magnet tersendiri bagi kebanyakan remaja. Perkembangan inilah yang membuat para remaja semakin trampil, kreatif, dan mampu berkomunikasi dengan baik. Faktanya hal tersebut mampu menimbulkan efek buruk bagi kesehatan mental lho.
Berdasarkan pernyataan National Institute of Mental Health, bahwa gangguan ini banyak menyerang remaja dari rentang usia 18-25 tahun. Sementara, WHO (World Health Organization) menjelaskan bahwa gangguan kesehatan saat ini tengah meningkat hampir 70%, hampir 10-20 persen-nya di alami oleh anak-anak dan remaja. Kondisi tersebut di dominasi akibat gangguan ansietas dan depresi.
Hal itu diakibatkan dari kurang bijaknya seseorang dalam menggunakan media sosial. Tidak heran, jika media sosial menjadi salah satu akar timbulnya gangguan depresi dan kecemasan. Kondisi yang terjadi tersebut tidak hanya berhubungan dengan tekanan sosial yang ada. Melainkan bisa lebih dari itu.
Tidak sedikit orang di media sosial yang membagikan kesuksesan dan keberhasilan hidup mereka. Hal-hal seperti inilah yang mampu memunculkan risiko kesehatan mental bagi para pengguna media sosial. Sebab, kondisi tersebut dapat memicu rasa ‘iri’ dan kurangnya rasa bersyukur atas apapun yang sudah dimiliki. Pada akhirnya, mereka akan membandingkan hidupnya dengan orang lain.
Bagaimana tidak? Melihat tren, kebiasaan, dan gaya hidup yang terjadi akan menuntut seseorang untuk bisa sama seperti itu. Mungkin, awalnya hal tersebut sebagai memacu diri agar lebih baik. Namun tidak jarang, jika nantinya kondisi tersebut menjadi tolak ukur seseorang dalam menentukan standar kehidupan.
Apabila perasaan tersebut tertanam dalam diri hingga di titik menghantui. Bisa jadi rasa ketidakmampun pun tidak dapat dihidari, ketika melihat pencapaian diri sendiri tidak sebanding dengan orang lain.
Saat ini banyak sekali tokoh public, seperti influenser dan artis yang sedang melakukan detoks media sosial. Fenomena ini muncul karena mulai timbul ketidaknyamanan ketika bermedia sosial yang berujung “risih”. Lantas, apa saja sih dampak buruk yang ditimbulkan media sosial bagi kesehatan mental kita? Ini faktanya.
1. Kecanduang media sosial
Siapa nih yang bangun tidur langsung cek media sosial? Pasti sebagian besar dari kita pernah melakukan hal itu, bukan? Hal tersebut akan wajar jika dilakukan sesekali dan tidak terus-menerus. Namun beda lagi ceritanya jika penggunaanya berlebihan. Kondisi tersebutlah yang dapat memicu seseorang masuk dalam fase “candu”.
Mengacu pada penelitian dari Universitas Nottingham Trent, bahwa penggunaan media sosial dapat memperngaruhi karakteristik psikologis dan kepribadian seseorang. Hasilnya menunjukkan karena pengunaan media sosial tidak kenal waktu.
Apabila seseorang sudah pada titik ‘candu’, bisa dipastikan hampir sebagian besar kehidupannya akan terabaikan dan perasaan menjadi tidak menentu. Artinya, mood mereka tidak bisa ditebak. Kebanyakannya sih, mereka akan mudah cemas dan gelisah.
2. Merasa tidak memiliki siapa-siapa atau kesepian
Mungkin, bagi sebagian besar orang memiliki jumlah followers menjadi kepuasan tersendiri. Namun, tahukah kamu jika hal tersebut tidak menjamin kebagiaan seseorang lho! Kenapa bisa begitu?
Lihat saja, banyak sekali public figur yang memiliki segudang followers. Tapi sayang, dibalik banyaknya endorsment yang mereka dapat. Ternyata, mereka juga mengalami titik “gerah” dan tertekan lho.
Ahli antropologi dan psikologi yang berasal dari Inggris, R. I. M. Dumbar melakukan studi kasus mengenai interasi manusia. Ternyata didapatkan hasil bahwa otak manusia memiliki batas maksimum dalam menangani teman dengan jumlah yang banyak. Interaksi sosial secara langsunglah yang mampu menjaga hubungan antar manusia.
3. Hilangnya rasa percaya diri atau insecure
Tanpa disadari secara langsung, media sosial mampu mengubah pola pikir seseorang. Awalnya dengan melihat-lihat atau stalking foto, nantinya timbul rasa ketidakmampuan diri sendiri. Artinya, saat itu diri kita telah masuk dalam fase ‘ragu’.
Saat stalking dan melihat jumlah follower, like, dan komen pada media sosial orang lain. Terkadang, secara refleks akan membandingkan dengan yang kita punya. Sistem penghargaan seperti itulah yang nantinya kita gunakan untuk mengukur kemampuan dalam diri kita sendiri.
4. Merasa kurang bahagia
Tidak dapat dipungkiri, saat melihat foto orang lain yang katanya “aestetik” menjadi inspirasi semua orang. Selain itu, banyak sekali orang-orang di dunia maya yang selalu menampilkan kebahagiaan dan kemewahan mereka.
“enak ya jadi dia bisa pergi kemana saja!”
“enak ya kalau punya uang banyak”
“bahagia banget sih mereka”
Kalimat-kalimat tersebut mungkin pernah kita ucapkan tanpa disadari. Mungkin ucapan tersebut biasa terlontarkan, namun tahukah kamu kalimat tersebut memiliki arti “aku tidak mampu seperti itu”.
Mungkin bagi sebagian orang itu adalah apresiasi untuk dirinya. Tapi, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki standar kebahagiaan dan ekonomi yang sama seperti mereka. Mereka akan jauh lebih merasa ketidakadanya keadilan dalam hidup mereka.
5. Mengalami depresi
Kualitas tidur yang kurang baik dapat memicu risiko seseorang mengalami depresi. Pasalnya, saat ini kebanyakan orang mementingkan kebutuhan online daripada kesehatan tubuhnya. Bagaimana tidak? Saat seseorang mengalami fase “candu” terhadap media sosial. Maka, hampir sebagian besar hidupnya akan dihabiskan di media sosial.
Faktanya, hal tersebut mampu menurunkan tingkat kepercayaan diri seseorang. Apabila hal tersebut terjadi terus-menerus dalam kurun waktu yang lama. Dapat dipastikan, orang tersebut akan mengalami risiko gangguan kecemasan dan depresi.
Sebelum kamu berada di masa depresi, alangkah baiknya jika mulai menyadari bahaya media sosial bagi kesehatan mental. Berikut cara yang bisa kamu ikuti agar terhindar dari efek samping penggunaan media sosial yang berlebihan.
1. Detox media sosial
Detox media sosial, mungkin bukan hal asing di telinga kita. Sebab, sudah banyak sekali para public figure yang melakukan cara ini untuk memperbaiki kehidupan dan kesehatan mental mereka. Cara ini tergolong ampuh, bagi kamu yang telah menyadari dampak buruk dari media sosial tersebut. Berhenti sejenak dari suluruh media sosial bukan berarti kalian akan menjadi “ketinggalan jaman”, bukan?
2. Bertemu dan ngobrol secara langsung
Meskipun saat ini dunia teknologi telah merajalela, bukan berarti budaya berbicara dan bertatap muka secara langsung tidak digunakan lagi ya! Berkumpulah dengan teman-teman dan keluarga yang memiliki satu frekuensi. Bahas topik yang menarik untuk kalian bahas.
3. Mengubah mindset
Mindset atau pola pikir adalah salah satu faktor utama kita dalam menentukan hidup. Tahu kah kamu, jika media sosial mampu mengontrol pola pikir seseorang. Oleh sebab itu, bentuklah mindset pada diri kalian dengan kuat dan baik. Agar kamu mampu memilah mana informasi media sosial yang menimbulkan “toxic” dan tidak.
Tidak ada yang salah menggunakan media sosial, tapi akan menjadi salah jika media sosial menjadi “toxic” bagi kehidupan dan kesehatan mental! Semoga kalian sehat fisik dan mental ya!