Setiap orang yang sudah memiliki buah hati, tentunya ingin menjadi orangtua panutan. Sayangnya, seorang panutan kerap kali digambarkan sebagai seseorang yang sempurna. Padahal, tidak ada satu orang pun yang sempurna dalam segala hal.
Lalu apakah itu artinya kamu nggak bisa jadi orangtua panutan bagi anak-anakmu? Tidak! Kamu masih bisa menjadi seorang teladan bagi buah hatimu tanpa harus menjadi seseorang yang sempurna.
Bahkan tak sesulit yang kamu kira, yuk simak tips-tipsnya untuk jadi orangtua panutan anak-anak.
1. Jadi Apa Adanya Tanpa Memaksakan Diri Jadi Orang Sempurna
Yups, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk menjadi orangtua panutan anak tidak harus jadi sosok yang sempurna. Ketika anak-anak bisa melihat kamu apa adanya, mereka cenderung akan lebih respect kepada orangtuanya.
Tapi ketika kamu selalu tampil jadi sosok yang sempurna di hadapan anak-anak, dikhawatirkan mereka akan menganggap semua orang harus sempurna. Jadi, ketika anak-anak beranjak dewasa pun, mereka akan menuntut orang lain menjadi seorang yang sempurna agar bisa mereka ikuti.
Contohnya saja, ketika mereka memiliki guru di sekolah dengan satu kelemahan. Karena sudah terbiasa dengan sosok yang terlihat sempurna, maka mereka bisa menganggap remeh gurunya. Padahal seorang guru adalah orangtua kedua bagi mereka.
2. Memberi Tahu Tanpa Memaksa
Saat masa kanak-kanak, rasa ingin tahu mereka sangat besar. Segala hal yang mereka lihat, dengar, atau bahkan hanya terbesit di pikirannya akan langsung mereka tanyakan. Tak jarang mereka juga akan langsung mencontoh apa yang dilihat dan didengarnya.
Jika dalam masa ini kamu tidak memberikan peran orangtua secara maksimal dengan mengarahkan mana yang baik dan buruk, efeknya akan terasa sampai mereka remaja, dewasa, bahkan jadi orangtua.
Sayangnya, masih banyak orangtua yang menerapkan pendidikan militer pada masa ini. Mereka cenderung mendidik anak secara keras alias memaksa. Padahal yang perlu kamu lakukan adalah melakukan pendekatan dengan anak-anak, kemudian memberikan pengertian secara halus.
Beri pengertian secara mendetail, mengapa hal ini baik dilakukan atau buruk. Sebab mereka akan lebih mudah menerima ketika tahu alasan kamu melarang atau membolehkan sesuatu.
3. Jangan Jadi Orangtua Otoriter
Salah satu kesalahan orangtua yang sangat berdampak pada kehidupan masa remaja anak-anak adalah sikap ototriter.
Dengan dalih “anak-anak belum bisa menentukan yang terbaik untuk dirinya sendiri” kamu bisa dengan mudahnya jadi orangtua yang ototriter.
Tapi apa salahnya sih memberi kesempatan pada anak untuk menentukan pilihan mereka sendiri?
Berikan ruang pada anak-anak untuk melakukan apa yang mereka suka. Toh jika mereka enjoy dengan pilihannya, mereka akan lebih fokus dan melakukannya secara maksimal.
Sebut saja untuk pemilihan les privat anak. Sebaiknya kamu memberikan kebebasan pada mereka untuk memilih les apa yang disukai.
Jika mereka punya jiwa seni yang tinggi, tentu kamu nggak bisa memaksakan anak-anak untuk les bahasa. Sudah pasti, mereka akan tertekan dan hasilnya pun tidak akan maksimal.
Kalau sudah begini, siapa yang rugi?
4. Mencontohkan Bukan Memerintah
Terlalu sering memerintah tanpa memberikan contoh adalah suatu kebiasaan yang sangat dibenci anak-anak.
Mereka akan lebih suka ketika orangtuanya langsung memberi contoh secara real dibanding hanya memerintah secara verbal.
Kamu bisa memulainya dengan mengajak anak-anak melakukan hal baik. Contohnya, dibanding harus menyuruh mereka mencuci piring setelah makan. Pasti akan lebih baik jika orangtua mengajak anaknya mencuci piring bersama setelah makan.
Dengan cara seperti ini, anak-anak tidak akan merasa hanya dianggap benda atau sesuatu yang bisa disuruh setiap saat. Tapi kasih sayang dari orangtua dan pendidikan mendasar pun akan mereka dapatkan dengan baik.
5. Jadi Orangtua yang Open Minded
Seiring perkembangan jaman, pola pikir dan kehidupan generasi saat ini sangat berbeda dengan para orangtua.
Bukannya mengikuti perkembangan jaman, justru masih banyak orangtua yang menerapkan kehidupan jaman dahulu pada anak-anak generasi masa kini.
Meski tidak 100% salah, namun prinsip ini juga harus dikontrol dengan baik. Jangan sampai kamu jadi orangtua yang terlalu “saklek” dengan pendirianmu dan tidak open minded.
Cobalah untuk berpikiran terbuka agar bisa melihat sisi baik dan buruk dari perubahan jaman tersebut. Lagi pula setiap perubahan pastinya disertai dengan kebaikan dan keburukan didalamnya.
Saat kamu sudah bisa berpikiran terbuka, kamu pun akan lebih mudah masuk ke dunia anak-anak dan jadi orangtua yang menyenangkan tapi tetap tegas.
Baca Juga: Ciptakan Keluarga Bahagia Dengan 8 Cara Ini. Family Goals Banget!
6. Didik Anak Sesuai Usianya
Setiap masa pertumbuhan anak, perlakuan yang harus dilakukan orangtua tidaklah sama.
Contoh gampangnya saja, perlakukan orangtua untuk anak-anak di bawah 5 tahun dan remaja 17 tahun tentu harus dibedakan.
Saat anak-anak masih menginjak usia balita, berikan kasih sayang semaksimal mungkin dengan tetap menuntun mereka pada hal-hal yang baik.
Setelah mereka beranjak jadi anak-anak usia 6-12 tahun, kamu bisa menerapkan prinsip tegas agar jiwa disiplin mereka terbentuk dengan baik.
Kemudian saat sudah memasuki usia remaja, jadilah orangtua sekaligus sahabatnya. Dekati mereka dengan cara halus layaknya seorang sahabat.
Jika kamu salah menerapkan prinsip mendidik anak, bisa-bisa mereka akan jadi sosok yang jauh dari orangtuanya.
Memang susah-susah gampang untuk jadi orangtua yang baik dan bisa diteladani. Tapi kamu pun harus terus berusaha secara perlahan. Toh semua ini kamu lakukan demi tumbuh kembang buah hati tercinta.
Ingat selalu, jika keluarga adalah sekolah pertama bagi anak-anak. Jadi sebisa mungkin berikan pendidikan yang baik dengan tetap mengutamakan kasih sayang dan kenyamanan anak.