5 Fakta Toxic Parenting pada Anak Gangguan Bipolar

5 Fakta Toxic Parenting pada Anak Gangguan Bipolar
5 Fakta Toxic Parenting pada Anak Gangguan Bipolar
Iron Man
Iron Man
Print PDF

Bipolar disorder adalah penyakit yang dapat merubah suasana hati (mood) pada pederitanya secara drastis. Ada kalanya penderita mengalami fase manik (sangat bahagia), atau fase depresif (sangat sedih).

Meski anak remaja juga mengalami mood swings. Akan tetapi, tidak sama dengan perubahan hati pada penderita gangguan bipolar. Hal ini karena, penderita bipolar akan mengalami perubahan suasana hati yang sangat ekstrim.

Satu waktu, penderita gangguan bipolar bisa merasakan perasaan senang dan sedih yang tidak beralasan. Apabila dia berada pada fase depresif, penderita bisa melakukan hal yang diluar kendali, seperti menyakiti diri sendiri hingga melakukan tindakan-tindakan yang berbahaya.

Penyakit ini bisa diakibatkan dari faktor genetic. Tetapi, tidak menampik pola asuh orang tua yang toxic, bisa mempengaruhi mental sang anak. Dengan kata lain, orang tua bisa menjadi sumber penyebab gangguan bipolar pada anak.

Berikut beberapa hal toxic parents yang bisa menyebabkan gangguan mental (bipolar) pada anak.

1. Terlalu melindungi

Semua orang tua tentu sangat mencintai dan menyayangi anaknya. Tidak heran, jika sebagian orang tua melakukan hal yang berlebihan untuk melindungi anaknya.

Tidak sedikit pula, orang tua yang melarang anaknya bermain bersama dengan temannya yang sedang terserang penyakit flu. Sebab, orang tua takut dan tidak ingin anaknya tertular penyakit tersebut.

Melindungi dan menjaga anak dengan baik, tentu kewajiban semua orang tua. Akan tetapi, orang tua harus menyadari bahwa dia tidak bisa bersama dengan sang anak setiap waktu.

Terlalu khawatir dan melindungi anak, bisa berdampak buruk pada sikap anak. Dimana, anak bisa kehilangan kemampuan untuk bertahan saat mengalami suatu permasalahan. Sehingga, anak tidak memiliki solusi dari setiap masalah yang sedang terjadi pada dirinya sendiri.

2. Memberi label

Ketika anak sedang mengalami kesulitan atau melakukan yang tidak sesuai ekspektasi orang tua harapkan. Sebagai orang tua, apa yang akan kamu lakukan? Bersikap tenang dan membantu anak menyelesaikan kesulitannya. Ataukah, akan menyudutkan anak?

Meskipun anak melakukan kesulitan dan kesalahan, sekesal apa pun orang tua, sebaiknya jangan pernah sampai mengeluarkan kata “bodoh” dan “tolol”. Apabila terlanjut, mulai sekarang jangan pernah lakukan dan berhentilah berkata kasar.

Asal orang tua tahu, ucapan menyudutkan dan tidak membangun hanya akan merusak kepercayaan diri anak saja. Mereka akan merasa harga dirinya jatuh dan kehilangan rasa percaya diri.

Tidak bisa menampik, banyak sekali penderita gangguan bipolar yang melakukan tindakan yang diluar kendali. Hal tersebut terjadi karena mereka tidak bisa menghargai dirinya sendiri.

3. Meninggalkan anak

Orang tua bertanggung jawab penuh terhadap kehidupan anaknya. Tidak heran, banyak orang tua yang bekerja keras agar bisa memberikan kehidupan yang layak bagi sang anak. Berharap sang anak dapat hidup bahagia, tanpa kekurangan sedikitpun.

Ketika orang tua bekerja di posisi yang baik, bisa dipastikan penghasilan yang didapat juga bagus. Orang tua pun akan sangat mudah memberikan fasilitas yang terbaik untuk anak-anaknya.

Meskipun kebahagian dari segi materi dan kebutuhan terpenuhi. Tapi sayangnya, tidak dengan kebersamaan. Orang tua akan banyak kehilangan waktu bersama sang anak. Padahal, seharusnya orang tua menjadi sumber kekuatan untuk tumbuh kembang sang anak.

Tidak bisa dipungkiri, orang tua yang bekerja cenderung memiliki waktu dan perhatian yang tidak begitu maksimal untuk sang anak. Hal inilah, yang membuat anak merasa kehilangan kasih sayang dari orang tuanya. Tidak heran, jika kondisi tersebut berpotensi berdampak buruk bagi psikologi anak.

Bayangkan saja, mendapatkan apa yang diinginkan. Namun, tidak ada kebersamaan yang terkenang sedikitpun bersama orang tuanya.

Apabila orang tua memiliki pekerjaan dan harus meninggalkan anak dirumah. Tidak ada salahnya jika membicarakan terlebih dahulu dengan sang anak. Dengan komunikasi yang baik, anak akan merasa dihargai dan tidak ditinggalkan sendirian.

Lakukanlah mulai sejak dini, meskipun anak belum begitu paham!

4. Bertengkar di depan anak

Setiap hubungan tentu tidak selamanya akan mengalami masa yang indah-indah saja. Apalagi hubungan yang terjalin sudah bertahun-tahun dan satu atap. Tentu, tidak mungkin jika tidak ada perbedaan dan konflik di dalamnya.

Jika pun hubungan sedang berada di kondisi yang tidak baik. Bukan berarti, orang tua bisa bertengkar dan beradu argument di hadapan sang anak. Ketika anak menyaksikan konflik yang terjadi, mereka akan merasa tidak nyaman.

Apabila hal tersebut terjadi terus-menerus dalam kurun waktu yang lama. Psikologi anak, sedikit banyak akan terganggu. Parahnya lagi, jika konflik tersebut berujung pada perceraian. Hal tersebut tentu akan menyisakan traumatis dalam diri anak, sampai dirinya dewasa.

Tidak heran, jika kondisi tersebut akan membuat anak sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Apalagi harus menjalin komitmen dan percaya terhadap pasangannya. Hal ini karena perasaan yang tidak menentu atau berubah-ubah.

Meskipun nantinya menikah, anak dengan gangguan bipolar sulit untuk menjalin hubungan dengan pasangan dalam kurun waktu yang lama.

Selain karena pasangan yang tidak tahan dengan perilaku penderita bipolar yang sukar ditebak. Alasan lain berasal dari sang penderita gangguan yang belum siap dengan konflik yang terjadi di hubungannya.

5. Kekerasan

Sikap dan perilaku anak memang tidak bisa di tebak. Terkadang anak melakukan hal yang membuat orang tua kagum dan ketawa. Tapi, terkadang orang tua juga di buat jengkel oleh sang anak.

Melihat anak yang nakal, tentu banyak orang tua marah dan merasa kecewa. Normal, jika orang tua menegur dan memberi arahan kepada sang anak. Akan tetapi, kondisi tersebut akan tidak normal, apabila orang tua melakukan tindakan kekerasan terhadap sang anak.

Alih-alih ingin menegur, orang tua malah menyudutkan dan mencecar dengan kata-kata yang tidak seharusnya didengar oleh sang anak. Tindakan orang tua tersebut, tergolong dalam kekerasan verbal. Apalagi, jika orang tua tersebut yang melakukan kontak fisik dengan anak.

Anak yang sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari orang tua, seperti dipukul dan disakiti. Memiliki potensi besar menderita gangguan bipolar.

Jadi, semarah apapun orang tua jangan pernah membentak anak! Ingat! Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Meskipun gangguan bipolar biasanya diakibatkan toxic parenting, namun penyakit ini juga bisa diwariskan secara genetik pada generasi selanjutnya. Semoga bermanfaat.