IAIN DI ERA GLOBALISASI PELUANG DAN TANTANGAN DARI SUDUT PENDIDIKAN

IAIN DI ERA GLOBALISASI PELUANG DAN TANTANGAN DARI SUDUT PENDIDIKAN
IAIN DI ERA GLOBALISASI PELUANG DAN TANTANGAN DARI SUDUT PENDIDIKAN
Iron Man
Iron Man
Print PDF

IAIN DI ERA GLOBALISASI PELUANG DAN TANTANGAN DARI SUDUT PENDIDIKAN ISLAMA. Institut Agama Islam Negri (IAIN)Institut Agama Islam Negeri (IAIN) dibentuk oleh pemerintah pada tahun 1960 di kota Yogyakarta dengan nama IAIN Al Jami’ah al-Islamiah al-Hukumiyah, yang merupakan gabungan dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) Yogyakarta dan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) Jakarta.Sejak tahun 1963, berdirilah cabang-cabang IAIN yang terpisah dari pusat. Pada tahun 1965, nama IAIN di Yogyakarta diubah menjadi IAIN Sunan Kalijaga. Pada abad ke-21, sejumlah IAIN berubah nama menjadi universitas Islam Negeri (UIN), karena memiliki fakultas dan jurusan di luar studi keislaman. IAIN Syarif Hidayatullah di Jakarta misalnya, berubah nama menjadi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jika pada tahun 2000 tercatat masih terdapat 14 IAIN di Indonesia, saat ini 11 di antaranya telah berubah menjadi UIN. Berikut adalah daftar IAIN di Indonesia:

  • IAIN Ambon, Ambon (Maluku).
  • IAIN Batusangkar, Tanah Datar (Sumatra Barat).
  • IAIN Bone, Bone (Sulawesi Selatan).
  • IAIN Bukittinggi, Bukittinggi (Sumatra Barat).
  • IAIN Fattahul Muluk, Jayapura (Papua).
  • IAIN Kediri, Kediri (Jawa Timur).
  • IAIN Kerinci, Kerinci (Jambi).
  • IAIN Kudus, Kudus (Jawa Tengah).
  • IAIN Lhokseumawe, Lhokseumawe (Aceh).

B. IAIN dan Tuntutan Perkembangan ZamanGambaran kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang empiris tersebut menjadi tantangan bagi banyak agama, terutama Islam untuk terus menyesuaikan diri dan menunjukkan bahwa tradisi masih relevan untuk hari ini (al-Islam al-shalih li kulli zaman wa makan).Walapun, perkembangan teknologi dan agama bukanlah suatu yang harus terus dipertentangkan relevansinya, karena pada dasarnya keduanya bersumber dari nilai yang sama. Federick Ferre dalam bukunya Technology and Religion, memahamkan teknologi sebagai implementasi praktis dari kecerdasan, yang merupakan suatu materi untuk mengekspresikan nilai-nilai. Itulah mengapa teknologi berhubungan dengan agama, secara positif, negatif atau netral, karena agama juga merupakan nilai dan ide.Kaitannya dengan teknologi, Islam adalah agama, masyarakat, dan peradaban. Ketiga pengertian itu, Islam adalah sumber perspektif unik yang mempunyai hubungan antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan etika. Sebagai sebuah agama, Islam menjunjung tinggi pengetahuan sebagai kunci untuk keselamatan, baik itu keselamatan individu maupun keselamatan sosial.Sebagai sebuah peradaban, Islam berusaha untuk mempromosikan kepentingan seluruh umat manusia (rahmatan li al-alamin) dengan meletakkan diri pada suatu perspektif yang universal, berpijak pada kemaslahatan bersama dan toleransi dengan pemeluk agama lain.Permasalahan lain tentang sikap Islam terhadap perkembangan teknologi adalah, tentang masa depan sains yang semakin logis dan teknologi yang semakin praktis, sehingga Islam sering dipaksa untuk mempertimbangkan secara serius nilai-nilai keyakinan dan tujuan keagamaan agar berjalan selaras dengan nilai-nilai dan keyakinan dari ilmu pengetahuan dan teknologi.C. Ciri-Ciri dan Dampak Negatif Globalisasi

  • Ciri-ciri globalisasi
  • Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Hal ini ditandai dengan perkembangan barang-barang seperti telepon, televisi hingga internet.
  • Dalam bidang ekonomi dan perdagangan antar negara akan saling berketergantungan, akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional.
  • Adanya peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa.
  • Meningkatnya berbagai masalah yang dialami suatu negara. Misalnya pada bisang lingkungan, krisis, inflasi dan masih banyak lagi.

D. Problem yang Dihadapi IAIN1. Kritik masyarakat terhadap IAINa. Alumni IAIN masih dianggap sarjana kelas duaDunia lebih melirik sarjana dari universitas swasta yang dianggap berkualitas, posisi alumni IAIN berada di kelas dua. Masyarakat masih memandang rendah alumni IAIN. Dalam catatan para ahli seperti yang dikemukakan Ayzumardi Azra bahwa di IAIN memang merupakan kampusnya rakyat desa.Salah satu indicator sederhana dan kasat mata menurut Azra adalah masih sedikitnya mahasiswa yang menggunakan kendaraan mobil yang mencerminkan status sosial dan ekonomi. Penilaian Azra ini tidaklah berlebihan karena faktanya IAIN disetiap provinsi pada umumnya merupakan tempat berrkumpulnya masyarakat dalam satu provinsi. Namun sebenarnya di sinilah letak keunggulan IAIN yang telah memberikan kontribusi besar terhadap modernisasi masyarakat desa.b. Sulitnya alumni IAIN memperoleh kerjaDalam pengalaman empiris dari M. C. Ibrahim sebagai pengajar di IAIN, proyeksi pekerjaan setelah selesai kuliah di IAIN sering membuat mahasiswa menjadi limbung dalam menyelesaikan studinya. Bahkan tidak jarang motivasi belajar mereka menurun.Dalam beberapa kasus yang penulis temui terdapat mahasiswa yang tidak memiliki alas an kuat untuk apa mereka studi di IAIN dan mengapa mereka harus memilih program studi yang sedang diampuh.E. Persiapan dalam Menghadapi GlobalisasiAbudin Nata menjelaskan strategi yang dapat dilakukan pendidikan Islam dalam menghadapi tantangan globalisasi adalah:

  • Peningkatan mutu akademis; mutu guru/dosen, mutu proses pembelajaran, mutu atmosfer akademis, dan tersedianya sarana prasarana.
  • Peningkatan mutu manajemen pendidikan; dengan menerapkan konsep Manajemen Mutu Terpadu.
  • Peningkatan keuangan dengan tidak hanya berorientasi dan fokus pada pembiayaan pendidikan dari pemerintah.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dipahami bahwa agar pendidikan Islam mampu mengatasi problema dan menghadapi tantangan globalisasi, maka strategi yang perlu dilakukan adalah:

  • Membangun Paradigma Pendidikan Islam yang sebenarnya.
  • Melaksanakan Pendidikan Afektif.
  • Meningkatkan mutu tenaga pendidik.

F. IAIN dengan Mandate yang DiperluasIAIN/STAIN bukanlah bukanlah bentuk kelembagaan final dalam perkembangan kelembagaan perguruan tinggi Islam di Indonesia. Pada awal sejarahnya IAIN sendiri memiliki beberapa nama seperti PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) yang diambil dari Fakultas Agama Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1950. Ketika itu PTAIN memiliki jurusan Dakwah ( kelak Ushuluddin), Qodlo (kelak menjadi Syari’ah), dan Pendidikan (menjadi Tarbiyah).Pada tanggal 26 September 1951 nama tersebut berubah lagi menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Enam tahun kemudian, 14 Agustus 1957, di Jakarta berdiri pula Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) berdasarkan penetapan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1957.kelompok VI : BEBY TRIA, MUHAMMAD IRHAM BUNAYYAH, PUTRI ANISA AULIYADOSEN : ASWAN, S. Ag., MM.