Kita memang tak bisa menilai diri seseorang dengan sekejab. Apalagi menilai orang itu dari penampilannya saja. Seperti yang ditunjukkan dari kisah Soesilo Toer. Siapa yang menyangka, pria sederhana kelahiran 17 Februari 1937 ini adalah seorang dengan pendidikan yang tinggi. Pria berusia 81 tahun ini adalah orang yang bergelar master dan doktor ekonomi politik dari perguruan tinggi bergengsi.Namun sayangnya dengan gelar tersebut, beliau tampaknya tak tertarik dengan kehidupan yang nyaman. Biasanya sih dengan gelar seperti itu, kita mungkin dengan mudah mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan. Misalnya jadi dosen atau jadi seorang politikus.Tapi berbeda dengan Soesilo Toer, dirinya malah lebih memilih menjadi seorang pemulung sampah di Blora, Jawa Tengah. Soesilo mengaku lebih nyaman menjadi seorang pemulung daripada orang yang berpangkat. Bagaimana cerita selengkapnya? Langsung saja.
Sosok yang Bergelar tinggi
Fasih bebahasa banyak negara
Soes fasih berbahasa Inggris, Rusia, Jerman, dan Belanda. Entah itu secara lisan maupun tulisan. Maklum saja, dirinyamengerti banyak bahasa karena pernah tinggal lama di Rusia.
Bekerja sebagai pemulung
Adik dari Pramoedya Ananta Toer
Soesilo Toer merupakan adik dari Pramoedya Ananta Toer, seorang sastrawan Indonesia yang terkenal. Banyak karya tulis dari Pram yang melejit bahkan sebagian besar sudah diterjemahkan ke dalam 40 bahasa asing.Sama seperti kakaknya, Soes juga dikenal sangat hobi menulis. Soesilo Toer telah menerbitkan setidaknya 20 buku, salah satu karyanya yang fenomenal berjudul ‘Bersama Mas Pram: Memoar Dua Adik Pramoedya Ananta Toer‘. Ia pun mengaku saat ini masih banyak buku yang belum ia rilis.Diusianya yang sudah tua, Soes masih menjaga semangat hobinya untuk menulis. Pada siang hari, dirinya akan menulis. Dan pada malam harinya, Soes mulai memulung sampah.Pelajaran yang kita petik dari kisah Soesilo Toer adalah jangan pernah malu dengan pekerjaan kita sekarang. Selagi pekerjaan itu halal, kenapa mesti malu.Apalagi harus membanding-bandingkan penghasilan dengan penghasilan orang lain. Contohlah Soesilo Toer, penghasilannya dari memulung tidaklah besar, rata-rata Rp 25 ribu dalam sehari. Namun ia bisa menikmati hidup ini karena dirinya mampu bersyukur.