Dalam kehidupan, tentu tidak selalu berjalan mulus dan lancar. Di suatu waktu, Kamu merasa bahagia tapi di lain waktu bisa saja kamu terpuruk dan kehilangan semangat beraktivitas seperti biasanya. Jika masalah dibiarkan terus menumpuk, maka itu bisa memicu stres pada tubuh.
Mengapa stres bisa terjadi? Stres merupakan reaksi tubuh yang muncul pada saat seseorang mengalami tekanan, ancaman atau perubahan dalam hidupnya. Selain itu, Stres juga bisa terjadi karena terlalu berpikir keras sehingga membuatmu merasa putus asa, gugup, marah, atau bahkan tidak bersemangat.
Efek samping stres bisa dilihat dari berbagai gejala yang memberi perubahan baik pada fisik, emosi, maupun perilaku. Namun, masih banyak orang yang mengabaikan stres padahal itu bisa memberikan dampak yang kurang baik bagi tubuh. Karena itu, setidaknya kamu perlu mengetahui tanda-tanda stres berikut ini:
1. Banyak Jerawat
Dilansir dari healthline, Jerawat menjadi salah satu penyebab stres. Ketika seseorang merasa stres, mereka cenderung lebih sering menyentuh wajah. Ini dapat menyebarkan bakteri dan berkontribusi pada perkembangan jerawat. Beberapa penelitian juga menjelaskan bahwa jerawat berkaitan dengan tingkat stres yang tinggi.
Sebuah studi terhadap 94 remaja menemukan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi dikaitkan dengan jerawat yang lebih parah, terutama pada anak laki-laki.
Studi ini menunjukkan ada kaitan antara stres dan jerawat tapi tidak memperhitungkan faktor lain yang mungkin terlibat. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui keterkaitan antara jerawat dan stres.
2. Masalah pencernaan
Masalah pencernaan seperti diare dan sembelit juga bisa disebabkan karena tingkat stres yang tinggi. Misalnya, satu studi mengamati 2.699 anak-anak dan menemukan bahwa stres dikaitkan dengan peningkatan risiko sembelit.
Selain itu, stres juga dapat mempengaruhi orang dengan gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar (IBS) atau penyakit radang usus (IBD). Ini ditandai dengan sakit perut, kembung, diare, dan sembelit.
Dalam sebuah penelitian, tingkat stres harian yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan gangguan pencernaan pada 181 wanita dengan IBS.
Selain itu, satu analisis dari 18 studi yang menyelidiki peran stres pada penyakit radang usus mencatat bahwa 72% studi menemukan hubungan antara stres dan gejala pencernaan.
Meskipun studi ini menunjukkan keterkaitan. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk melihat bagaimana stres dapat berdampak langsung pada sistem pencernaan.
Perlu di ingat bahwa banyak faktor lain yang dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti pola makan, dehidrasi, tingkat aktivitas fisik, infeksi, atau pengobatan tertentu.
3. Perubahan Nafsu Makan
Perubahan nafsu makan biasa terjadi selama masa stres. Ketika kamu merasa stres, kamu mungkin mendapati dirimu mengalami perubahan nafsu makan.
Satu penelitian terhadap mahasiswa menemukan bahwa 81% melaporkan mereka mengalami perubahan nafsu makan saat stres. Dari jumlah tersebut, 62% mengalami peningkatan nafsu makan, sedangkan 38% mengalami penurunan.
Dalam sebuah penelitian terhadap 129 orang, stres dikaitkan dengan perilaku seperti makan tanpa merasa lapar. Perubahan nafsu makan ini juga dapat menyebabkan fluktuasi berat badan selama periode stres.
Misalnya, sebuah penelitian terhadap 1.355 orang menemukan bahwa stres dikaitkan dengan penambahan berat badan pada orang dewasa.
4. Berkeringat Berlebihan
Stres juga dapat menyebabkan keringat berlebih. Dalam satu penelitian kecil mengamati 20 orang dengan palmar hyperhidrosis, suatu kondisi yang ditandai dengan keringat berlebih di tangan. Studi tersebut menilai tingkat keringat mereka sepanjang hari menggunakan skala 0-10.
Stres dan olahraga keduanya secara signifikan meningkatkan kecepatan berkeringat dua sampai lima poin pada mereka yang mengalami hiperhidrosis palmar, serta pada kelompok kontrol.
Studi lain menemukan bahwa stres mengakibatkan keringat dan bau keringat yang tinggi pada 40 remaja.
5. Penurunan Energi dan Insomnia
Kelelahan kronis dan penurunan tingkat energi juga bisa disebabkan oleh stres yang berkepanjangan.
Misalnya, dalam sebuah penelitian terhadap 2.483 orang menemukan bahwa kelelahan berkaitan dengan peningkatan tingkat stres. Selain itu, stres juga dapat mengganggu tidur dan menyebabkan insomnia, yang dapat menyebabkan rendahnya energi.
Dalam sebuah studi kecil menemukan bahwa stres karena pekerjaan dikaitkan dengan meningkatnya rasa kantuk dan kegelisahan pada waktu tidur.
Studi lain terhadap 2.316 peserta menunjukkan bahwa stres berkepanjangan secara signifikan berkaitan dengan peningkatan risiko insomnia.
6. Sakit kepala
Banyak penelitian menemukan bahwa stres dapat menyebabkan sakit kepala, yakni suatu kondisi yang ditandai dengan nyeri di daerah kepala atau leher.
Satu studi terhadap 267 orang dengan sakit kepala kronis menemukan bahwa stres mendahului perkembangan sakit kepala kronis sekitar 45% kasus.
Sebuah studi yang lebih besar menunjukkan bahwa peningkatan intensitas stres dikaitkan dengan peningkatan jumlah lama waktu sakit kepala yang dialami per bulan.
Studi lain mensurvei 150 anggota dinas militer di klinik sakit kepala, sekitar 67% melaporkan sakit kepala mereka dipicu oleh stres.
7. Sering Sakit
Stres dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Dalam sebuah penelitian, 61 orang dewasa disuntik dengan vaksin flu. Mereka dengan stres kronis ditemukan memiliki respon imun yang lemah terhadap vaksin sehingga menunjukkan bahwa stres dapat dikaitkan dengan penurunan imunitas.
Dalam penelitian lain, 235 orang dewasa dikategorikan ke dalam kelompok stres tinggi atau rendah. Selama periode enam bulan, mereka yang berada dalam kelompok stres tinggi mengalami 70% lebih banyak infeksi pernafasan dan memiliki gejala 61% lebih banyak hari daripada kelompok stres rendah.
Demikian pula, satu analisis yang mengamati 27 penelitian menunjukkan bahwa stres dikaitkan dengan peningkatan kerentanan mengembangkan infeksi saluran pernapasan bagian atas. Meski begitu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengetahui hubungan kompleks antara stres dan kekebalan tubuh.
8. Memicu Depresi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stres kronis dapat memicu depresi. Satu studi terhadap 816 wanita dengan depresi berat menemukan bahwa awal depresi secara signifikan berkaitan dengan stres akut dan kronis.
Studi lain menemukan bahwa tingkat stres yang tinggi dikaitkan dengan tingkat gejala depresi yang lebih tinggi pada 240 remaja.
Selain itu, sebuah penelitian terhadap 38 orang dengan depresi berat non-kronis menemukan bahwa peristiwa kehidupan yang penuh tekanan secara signifikan dikaitkan dengan riwayat depresi. Meskipun penelitian menunjukkan bahwa stres berkaitan dengan depresi, namun tidak selalu berarti bahwa stres menyebabkan depresi.
Diperlukan lebih banyak penelitian tentang stres yang dapat menyebabkan depresi. Perlu diketahui bahwa selain stres, penyebab depresi lainnya yakni riwayat keluarga, kadar hormon, faktor lingkungan, bahkan pengobatan tertentu.
Demikian informasi mengenai tanda-tanda stres pada tubuh. Jika kamu mengalaminya, ada baiknya kamu mulai memperhatikan dirimu. Hindari sesuatu yang membuatmu tertekan atau menambah beban pikiranmu. Cobalah untuk tetap rileks dan jaga kesehatan tubuh. Semoga Sehat Selalu.