Waspada! 5 Bentuk Kalimat Penyemangat yang ‘Toxic Positivity’

Waspada! 5 Bentuk Kalimat Penyemangat yang 'Toxic Positivity'
Waspada! 5 Bentuk Kalimat Penyemangat yang 'Toxic Positivity'
Iron Man
Iron Man
Print PDF

Namanya juga kehidupan, setiap orang pasti mengalami perasaan sedih dan terpuruk dalam hidupnya. Tidak heran, jika kebanyakan orang untuk memilih menceritakan masalahnya. Tujuannya agar beban dalam pikirannya sedikit berkurang dan bisa memberikan kekuatan untuk semangat kembali.

Memang, banyak cara yang bisa dilakukan untuk memberikan semangat pada orang yang sedang sedih. Namun, tidak semua orang memahami cara menyemangati yang sebenarnya. Bukannya malah membuat semangat, justru menambah kesedihan.

Mungkin, kalimat-kalimat tersebut terdengar sebagai penyemangat, tapi bisa bikin orang lain semakin sedih lho. Kalimat semangat yang salah tersebut dikenal dengan sebutan toxic positivity. Kalimat positif namun malah berujung menyakitkan.

Kalimat toxic positivity bisa membuat orang untuk takut berpikir negatif, takut bercerita, mengucilkan diri dari lingkungan, hingga bisa menimbulkan kecemasan dan stres lho.

Mau tahu, kalimat apa saja yang sering kita gunakan tapi masuk toxic positivity. Simak berikut ini

1. “Masih ada yang lebih susah daripada kamu”

Tentu sangat paham sekali, jika setiap orang pasti memiliki masalah. Kadar masalahnya pun berbeda-beda. Ada yang memiliki masalah sama namun berbeda cara mengatasinya. Atau bahkan, ada seseorang dengan tingkat masalah yang lebih dari yang sedang dialami.

Akan tetapi, sangat tidak tepat rasanya jika mengucapkan “masih ada yang lebih susah daripada kamu” kepada orang yang sedang mengalami masalah, bukan.

Kenapa begitu? Bukannya memberi perasaan tenang, ucapan tersebut malah bikin dia merasa dikecilkan masalahnya.

Ya, mereka juga tahu kok, bila ada orang yang memiliki masalah lebih berat daripada dia.

Memang, ada sebagian orang akan merasa tenang dan paham akan maksud ucapan tersebut. Namun, bagaimana dengan mereka yang tidak memahami cara “menguatkanmu” itu.

Sebab, kita tidak tahu seberapa besar usaha dan perjuangan mereka dalam mengatasi hal tersebut, bukan.

Mungkin, sebelum dia menceritakan masalahnya padamu. Ia lebih dulu mencari solusinya, tapi malah memperparah kondisinya.

Sebaiknya, ubah ucapan tersebut dengan kalimat “Aku tahu perasaanmu saat ini, kamu telah berjuang begitu kuat menghadapi semuanya”.

2. “Masih mending, daripada…

Kita tidak sedang dalam arena pertandingan. Kita berada dalam kehidupan yang penuh rintangan. Jadi, kesengsaraan dan masalah yang terjadi bukanlah ajang untuk berkompetisi. Siapa yang masalahnya berat, ataukah siapa yang paling mudah melaluinya. No! Konsep hidup tidak seperti itu sayang.

Mungkin kalimat “lebih baik, daripada….”, tidak ada yang salah. Namun, tidak tepat saja diucapkan ketika ada seseorang bercerita. Niatnya sih, ingin menguatkan dan memberi tahu bahwa ada orang lain yang lebih sengsara. Tapi, harus diingat masalah bukan ajang kompetisi dan setiap orang punya kapasitasnya sendiri-sendiri.

Akan sangat menyenangkan jika kalimat tersebut bisa membuat orang lain tersadar dan bangkit. Lalu, bagaimana dengan mereka yang mendengar kalimat tersebut malah semakin sedih.

Sebab, kesedihan bukanlah ajang persaingan, dan mereka yang bersedih tidak sedang mempertandingkan hal tersebut.

Ketika ada yang bercerita mengenai masalahnya, lebih baik beri dengarkan atau menvalidasi ceritanya. Karena dengan begitu, mereka merasa lebih tenang bahwa kamu memahami masalah yang tengah mereka hadapi memanglah berat

3. “Sudah, jangan terlalu dipikirkan”

Ketika seseorang terjebak dalam masalahnya. Ada dua kemungkinan ia datang padamu, ingin mencari solusi dari masalahnya atau hanya ingin kamu mendengarkan ceritanya.

Sebab, setiap orang memiliki caranya sendiri dalam menguatkan diri mereka. Maka dari itu, ketika seseorang berusaha bercerita padamu, ia telah menyingkirkan pikirannya dari masalah tersebut.

Sebaiknya, jadilah pendengar yang baik. Jangan pernah memotong ceritanya. Karena kita tidak tahu seberapa kerasnya mereka keluar dari pikiran tersebut.

Apabila ada yang datang dan bercerita mengenai masalahnya. Mungkin, niat kamu ingin menguatkan dengan mengatakan “Sudah, jangan terlalu dipikirkan”. Tapi, ucapan tersebut tidak masuk akal saja, jika harus dilontarkan ketika mereka telah berjuang dari pikiran tersebut.

Alangkah baiknya, jika mulai sekarang kalimat tersebut diubah dengan “Terimakasih sudah mau bercerita”. Karena bukan hal yang mudah menceritakan masalah pada orang lain. Mereka pun telah berjuang keras untuk bisa terbebas dari beban dipikirannya tersebut.

4. “Kamu pasti bisa kok, enggak sulit ini”

Siapa coba, saat sahabatnya sedang mengalami masalah dan bercerita. Menyelipkan ucapan semangat seperti “kamu pasti bisa kok, enggak sulit ini”, apakah kamu salah satunya? Memang, ucapan tersebut tidak ada yang salah.

Tidak sedikit pula yang mengunakan kalimat tersebut untuk membantu dan menguatkan. Sayangnya, kalimat tersebut masuk dalam kategori toxic positivity, lho. Kok bisa?

Lihat kalimat “enggak sulit ini”, tidaklah menguatkan tapi bisa membuat orang tersebut down.

Kalimat tersebut menunjukkan bahwa kamu hanya melihat dari sudut pandangnmu, dengan kemampuanmu. Namun, tidak mempertimbangkan dari kondisi orang lain.

Sebab, tidak semua orang memiliki power seperti kita! Bisa jadi, orang itu belum pernah mengalami masalah itu sebelumnya, jadi terasa berat.

Kamu bisa menyemangati mereka dengan mengucapkan “aku percaya kamu mampu, jangan lupa jaga kesehatan ya! Paling penting, kamu telah melakukan yang terbaik yang kamu bisa.”

5. “Sudah, jangan sedih terus, lemah banget”

Siapa disini yang ingin hidupnya sedih? Nggak ada kan? Semua orang pasti ingin hidup bahagia tanpa beban. Sayangnya, hidup di dunia nyata skenarionya Tuhan, bukan manusia. Nggak semua hidup mulus-mulus gitu aja, pasti ada lika-likunya.

Dalam setiap perjalanan hidup, entah itu ceritanya sama entah tidak. Setiap orang memiliki kapasitasnya masing-masing dalam menerima masalahnya. Sebab, semua tergantung karakter orang itu sendiri. Ada yang sangat mudah menyelesaikan dan melupakan, ada yang harus mati-matian untuk bisa berdiri tegak kembali.

So, nggak ada orang yang mau disebut hidupnya lemah. Sebab, dengan berbicara seperti itu tandanya kita telah menutup mata terhadap mereka, bahwa mereka sedang mengalami masalah. Faktanya, mereka bercerita kepadamu karena ada tekanan dalam dirinya.

Maka dari itu, berucap “sudah, jangan sedih terus. Lemah banget” bukanlah pilihan yang tepat untuk mereka. Bisa jadi ucapan tersebut membuat mereka sakit hati, lho.

Aku harus bagimana agar kamu lebih legah?”, mungkin ucapan tersebut lebih sedikit meredahkan pikirannya daripada kalimat sebelumnya.

Dari kalimat-kalimat diatas, mana nih yang biasanya jadi andalan kamu dalam menguatkan seseorang dari masalahnya? Mulai sekarang, hati-hati ya dalam menguatkan orang, takutnya ucapan kamu malah masuk kategori toxic positivity.