Niat Puasa , Tata Cara dan Bacaan Lengkap

Niat Puasa
Niat Puasa
Riska
Print PDF

Niat Puasa, Tata Cara dan Bacaan Lengkap-Puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat di anjurkan dalam agama Islam. Berbagai jenis puasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah, memiliki keutamaan yang besar di sisi Allah SWT. Dalam pelaksanaan puasa, ada satu hal yang menjadi fondasi utama, yaitu niat puasa. Niat puasa bukan hanya sekadar ucapan, tetapi ia merupakan kunci utama dalam menentukan sah atau tidaknya ibadah puasa. Artikel ini akan membahas secara rinci tentang pentingnya niat, cara melafalkannya, serta berbagai aspek yang perlu di pahami oleh setiap umat Islam yang berpuasa.

Niat Puasa, Tata Cara dan Bacaan Lengkap

Pengertian Niat Puasa

Secara bahasa, kata “niat” berasal dari bahasa Arab yang berarti keinginan atau tekad. Dalam konteks syariat Islam, niat adalah keputusan hati untuk melakukan suatu ibadah semata-mata karena Allah SWT. Niat merupakan inti dari ibadah dan menjadi pembeda antara amalan yang di lakukan untuk tujuan duniawi dan amalan yang di khususkan sebagai ibadah.

Puasa sendiri berasal dari kata Arab shaum yang berarti menahan diri. Dalam syariat Islam, puasa di artikan sebagai menahan diri dari makan, minum, dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, dengan niat ibadah kepada Allah.

Dalam hal ini, niat  adalah tekad yang muncul di dalam hati untuk menunaikan ibadah puasa, baik puasa wajib seperti puasa Ramadhan, maupun puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis, puasa Syawal, dan puasa Arafah.

Pentingnya Niat Puasa dalam Ibadah

Niat merupakan bagian yang sangat penting dalam setiap ibadah, termasuk puasa. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya: “Sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung kepada niatnya, dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dari hadits ini, kita bisa memahami bahwa niat merupakan elemen utama yang akan menentukan apakah suatu ibadah diterima di sisi Allah SWT atau tidak. Niat  menjadi pembeda antara seseorang yang menahan diri dari makan dan minum karena puasa dengan orang yang sekadar menahan lapar tanpa niat ibadah.

Selain itu, niat juga berfungsi untuk menentukan jenis puasa yang akan dilakukan. Misalnya, seseorang yang berniat untuk puasa Ramadhan berbeda niatnya dengan seseorang yang berniat sunnah seperti puasa Arafah atau Senin Kamis. Dengan demikian, niat berfungsi untuk mengarahkan hati dan pikiran pada tujuan utama ibadah yang sedang di laksanakan.

Cara Melafalkan Niat Puasa

Niat puasa harus di lakukan sebelum fajar menyingsing, terutama untuk puasa wajib seperti puasa Ramadhan. Para ulama sepakat bahwa niat  wajib harus di lakukan di malam hari, sebelum waktu subuh, karena Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang tidak berniat  pada malam hari sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Dawud).

Namun, bagaimana cara melafalkan niat ? Pada dasarnya, niat itu tempatnya di dalam hati. Tidak ada ketentuan khusus mengenai pelafalan niat dengan kata-kata tertentu, karena yang lebih penting adalah kehadiran niat dalam hati seseorang. Meski demikian, banyak ulama yang menganjurkan untuk melafalkan niat sebagai bentuk penguatan hati, misalnya dengan bacaan berikut:

Niat Ramadhan:
“Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardhi syahri Ramadhâna hâdzihis-sanati lillâhi ta‘âlâ.”
Artinya: “Aku berniat untuk berpuasa esok hari dalam rangka menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah Ta’ala.”

Untuk puasa sunnah seperti puasa Senin Kamis atau puasa Arafah, niat juga dapat di ucapkan dalam hati sebelum fajar tiba. Jika seseorang lupa niat sunnah di malam hari, masih di perbolehkan berniat di pagi hari, asalkan belum makan, minum, atau melakukan hal yang membatalkan puasa sejak fajar.

Kapan Waktu Terbaik untuk Berniat Puasa?

Seperti yang di sebutkan sebelumnya, niat wajib harus di lakukan sebelum fajar menyingsing. Ini berarti niat harus di ucapkan atau di putuskan di dalam hati antara waktu maghrib dan sebelum terbitnya fajar. Dengan niat yang tulus, seseorang telah memulai ibadah puasa dengan benar.

Namun, bagaimana jika seseorang lupa berniat di malam hari? Untuk puasa wajib seperti puasa Ramadhan, jika seseorang lupa niat hingga terbit fajar, maka puasanya di anggap tidak sah. Ini berdasarkan hadits Nabi SAW yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa puasa wajib harus di sertai niat sebelum fajar.

Sedangkan untuk puasa sunnah, seseorang boleh berniat di siang hari selama belum melakukan hal yang membatalkan puasa. Misalnya, jika seseorang bangun di pagi hari dan baru menyadari bahwa hari itu adalah hari yang di sunnahkan untuk berpuasa, ia masih bisa berniat dan melanjutkan puasa, asalkan belum makan, minum, atau melakukan hal lain yang membatalkan puasa.

Apakah Niat Harus Di ucapkan dengan Lisan?

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai apakah niat harus di lafalkan dengan lisan atau cukup di dalam hati. Mayoritas ulama menyatakan bahwa niat  cukup di lakukan di dalam hati, karena niat pada dasarnya adalah amalan hati. Namun, melafalkan niat dengan lisan, seperti membaca nawaitu, di anggap sebagai cara untuk membantu menghadirkan niat di hati dan memperkuat tekad seseorang dalam beribadah.

Namun, hal terpenting adalah niat yang tulus dan hadir di dalam hati, karena niat lisan tanpa ketulusan di hati tidak akan di anggap sebagai niat yang sah. Oleh karena itu, umat Islam perlu menanamkan niat yang benar dan ikhlas dalam hati, apapun jenis puasanya.

Niat Puasa yang Terkait dengan Hal-Hal Lain

Terkadang, seseorang bisa mengalami kondisi tertentu yang memengaruhi niat puasanya, seperti sedang sakit, sedang bepergian, atau sedang dalam keadaan hamil atau menyusui. Dalam kondisi seperti ini, niat  tetap harus di lakukan dengan pertimbangan kondisi fisik dan kemampuan. Misalnya, seseorang yang sedang bepergian jauh boleh tidak berpuasa, tetapi jika ia merasa mampu untuk berpuasa, maka ia tetap boleh melanjutkan puasanya dengan niat.

Begitu juga bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui. Mereka boleh menunda puasa jika merasa kondisi fisik tidak memungkinkan, tetapi jika merasa kuat, mereka boleh berniat dan melaksanakan puasa seperti biasa.

Niat puasa Senin Kamis

Niat Senin Kamis merupakan niat yang di lafalkan untuk melaksanakan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis. Puasa ini di anjurkan oleh Rasulullah SAW, karena hari Senin dan Kamis adalah hari-hari istimewa di mana amalan di angkat dan di tampilkan kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: “Amal-amal perbuatan manusia di periksa (oleh malaikat) pada hari Senin dan Kamis, maka aku ingin ketika amalanku di periksa aku sedang berpuasa.” (HR. Tirmidzi).

Berikut adalah niat  Senin Kamis yang dapat di ucapkan atau cukup dalam hati:

Niat Puasa Senin:

“Nawaitu shauma yaumal itsnaini sunnatan lillahi ta’ala.”
Artinya: “Aku berniat puasa hari Senin, sunnah karena Allah Ta’ala.”

Niat Puasa Kamis:

“Nawaitu shauma yaumal khamiisi sunnatan lillahi ta’ala.”
Artinya: “Aku berniat  hari Kamis, sunnah karena Allah Ta’ala.”

Niat Puasa Hamil dan Menyusui

Bagi wanita yang sedang hamil atau menyusui, ada beberapa ketentuan terkait puasa, khususnya puasa Ramadhan. Jika seorang wanita merasa khawatir bahwa puasa akan membahayakan kesehatannya atau kesehatan bayi yang sedang di kandung atau di susuinya, Islam memberikan keringanan untuk tidak berpuasa. Namun, jika wanita tersebut merasa mampu untuk berpuasa, maka ia tetap bisa melakukannya dengan niat yang sesuai.

Berikut adalah niat bagi wanita hamil dan niat  bagi wanita menyusui, yang pada dasarnya sama dengan niat Ramadhan, tetapi dengan kesadaran atas kondisi fisik dan kesehatan:

Niat untuk Wanita Hamil:

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardhi syahri Ramadhâna hâdzihis-sanati lillâhi ta‘âlâ.”
Artinya: “Aku berniat untuk berpuasa esok hari dalam rangka menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah Ta’ala.”

Niat untuk Wanita Menyusui:

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardhi syahri Ramadhâna hâdzihis-sanati lillâhi ta‘âlâ.”
Artinya: “Aku berniat untuk berpuasa esok hari dalam rangka menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah Ta’ala.”

Jika wanita hamil atau menyusui merasa tidak mampu untuk berpuasa karena alasan kesehatan, mereka di perbolehkan untuk berbuka, dan ada ketentuan mengenai fidyah atau qadha (mengganti puasa di lain hari) sesuai dengan kondisi masing-masing.

Niat Puasa Saat Bepergian

Saat seseorang bepergian atau dalam keadaan musafir, Islam memberikan keringanan untuk tidak berpuasa, terutama dalam puasa Ramadhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 184, yang membolehkan orang sakit atau sedang dalam perjalanan untuk berbuka dan mengganti puasanya di hari lain. Namun, jika seseorang yang bepergian merasa mampu melaksanakan puasa, ia tetap bisa berpuasa dengan niat yang benar.

Berikut adalah niat  saat bepergian (musafir), yang pada dasarnya sama dengan niat Ramadhan:

Niat  Ramadhan Saat Bepergian:

“Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardhi syahri Ramadhâna hâdzihis-sanati lillâhi ta‘âlâ.”
Artinya: “Aku berniat untuk berpuasa esok hari dalam rangka menunaikan kewajiban puasa di bulan Ramadhan pada tahun ini karena Allah Ta’ala.”

Meskipun ada keringanan untuk tidak berpuasa saat bepergian, jika seorang musafir merasa mampu berpuasa tanpa memberatkan diri, puasanya sah dan tetap mendapatkan pahala. Namun, jika kondisi perjalanan sulit atau melelahkan, di perbolehkan berbuka dan mengganti puasanya di hari lain sesuai kemudahan yang di berikan dalam agama.

Kesimpulan:

Oleh karna itu sepositif  membuat artikel tentang  Niat , Tata Cara dan Bacaan Lengkap Niat puasa adalah elemen penting yang tidak bisa di pisahkan dari ibadah puasa itu sendiri. Niat bukan hanya sekadar formalitas, tetapi merupakan tekad dalam hati yang menandai keikhlasan seseorang dalam menjalankan ibadah. Niat harus hadir di dalam hati sebelum waktu fajar, terutama untuk puasa wajib seperti Ramadhan. Sedangkan untuk puasa sunnah, niat masih bisa di lakukan di pagi hari selama belum ada hal yang membatalkan puasa.

Melafalkan niat dengan lisan memang di sunnahkan, tetapi yang terpenting adalah niat dalam hati. Oleh karena itu, setiap Muslim perlu memastikan bahwa niat mereka benar-benar tertanam dengan ikhlas demi menjalankan ibadah puasa yang sah dan di terima oleh Allah SWT. Dengan niat yang kuat dan tulus, insyaAllah, puasa yang di lakukan akan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.