Pepatah mengatakan “Kejarlah ilmu sampai ke negeri cina.” Kalimat itu mungkin sudah tak asing lagi di telinga kita. Pepatah itu seakan-akan menyarankan kita untuk menggapai ilmu setinggi-tingginya. Salah satu caranya dengan mengeyam pendidikan sekolah. Ya, pendidikan itu sangalah penting. Karena pendidikan adalah sumber ilmu pengetahuan.Semua orang berhak mengeyam pendidikan yang sama. Namun kesetaraan itu sayangnya cukup sulit untuk direalisasikan saat ini. Terkadang seseorang yang bercita-cita tinggi harus terpaksa mengubur mimpinya karena keadaan yang memang tidak memungkinkan untuk menggapainya . Bukannya tidak mau, tapi memang tidak bisa. Mengapa? Yups masalah beban biaya pendidikan yang semakin mahal terkadang menjadi alasan utama kenapa seseorang tak mau melanjutkan studinya.Tapi bukan berarti jenjang pendidikan, seperti bangku kuliah, hanya untuk anak-anak dari keluarga berada saja, dan tak bisa di nikmati oleh orang dengan golongan ekonomi bawah. Hal itu di buktikan oleh pemuda yang sehari-hari jadi tukang becak, bernama Muhammad Hamzah Amirullah. Dirinya berhasil menamatkan kuliah dan mendapat gelar sarjana. Kisah Hamzah ini kemudian menjadi viral di media sosial yang bikin netizen kagum dengan sosok pemuda ini. Lalu seperti apa kisah Hamzah? Berikut ulasannya.
Pemuda yang bercita-cita tinggi
Patuh kepada orang tua
Awalnya, Hamzah tidak tertarik melanjutkan pendidikan ke jenjang bangku kuliah. Alasannya, selain karena biaya yang mahal, ia juga hendak ingin mencari kerja untuk membantu ekonomi keluarga dan tak lagi jadi beban keluarga.Akan tetapi gurunya menasehatinya agar melanjutkan kuliah saja. Hamzah kemudian menurutinya lalu mendaftar di Sekolah Tinggi Kelautan dan Perikanan (STITEK) Balik Diwa Makassar secara diam-diam. Bahkan kala itu, Hamzah menerima panggilan melalui jalur beasiswa Bidik Misi.Namun keinginannya yang ingin jadi seorang Sarjana di Makassar terhalang restu dari kedua orang tua. Meskipun dirinya mendapat program bidik misi, orang tua lagi-lagi tak mengizinkan karena tidak mau jauh dari anaknya.Hamzah mengurungkan niatnya, ia kemudian mendaftar di Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) UT Majene.Disini kita belajar dari seorang Hamzah yang dua kali mengurungkan niatnya untuk meraih cita-cita hanya karena kepatuhannya terhadap orangtua. Percayalah, ambisi diri sendiri terkadang tidak bermakna jika kita tidak direstui orang tua.
Mengumpulkan uang untuk biaya kuliah
Sejak pertengahan semester, Hamzah mulai jarang menjadi tukang becak. Meski tidak meninggalkan profesi tersebut, Hamzah lebih memilih menjadi buruh bangunan dan tukang cat keliling. Dia sadar dia harus kerja keras, mengingat dirinya harus jadi tulang punggung keluarga setelah sang ayah meninggal dunia.Beruntung Hamzah punya banyak kenalan yang berprofesi menjadi pemborong. Hal ini membuat ia tidak kesulitan mendapatkan order pekerjaan buruh bangunan. Dengan upah Rp 75 ribu per hari sebagai buruh cat bangunan, Hamzah mengaku bisa membiayai kuliahnya hingga lulus menjadi seorang Sarjana Manajemen di UT.