“Perjalanan yang jauh adalah perjalanan menuju diri sendiri.”
Sebuah konsep sederhana yang sering kali luput untuk dilakukan ketika kita memutuskan untuk mencintai orang lain. Padahal dibalik kata mencintai juga ada beberapa resiko yang harus dihadapi, salah satunya adalah kehilangan diri sendiri atau berubah menjadi sosok yang bukan diri kita.
Yuk kita simak kemampuan apa saja yang wajib kita kuasai sebelum berani mencintai orang lain agar kita tidak menjadi sosok yang kehilangan arah ketika menjalin sebuah hubungan.
1. Mampu mengenali diri sendiri
Kemampuan utama yang harus dimiliki oleh seseorang sebelum bisa mencintai orang lain adalah bisa mengenali dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Tidak semua orang bisa mengenali dirinya, padahal mengenal diri sendiri merupakan hal yang paling mendasar dalam hidup.
Meskipun banyak hal dan kejadian yang kita alami tidak otomatis membuat kita tahu tentang diri sendiri. Kejadian-kejadian di luar, maraknya sosial media sering membuat kita melihat ke luar, hingga tanpa sadar mengesampingkan tentang apa yang ada pada diri sendiri.
Bahkan di era sosial seperti ini, secara tidak sadar penilaian akan menuntut kita untuk menjadi orang lain, padahal kunci bertahan adalah bisa jujur terhadap diri sendiri. Kemampuan untuk mengetahui kepribadian kita yang bagaimana, karakter kita seperti apa, hal-hal yang kita suka dan tidak suka, mengerti letak kelemahan dan kelebihan kita hingga mampu berkomunikasi dengan diri sendiri (self-talk).
Ketika kita sudah mampu mengenal diri sendiri kita akan lebih menghargai diri sendiri, bisa bersahabat dengan diri sendiri, mudah mengetahui tujuan hidup dan value atau nilai kita kepada orang lain, terutama kepada orang yang kita cintai, sehingga kita bisa menerima diri sendiri dengan utuh dan tidak membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
2. Mampu memprioritaskan diri sendiri
Banyak hal yang kita inginkan tapi ternyata tidak sesuai dengan yang kita butuhkan, seperti adanya tuntutan sosial harus memiliki pasangan di umur sekian atau kita terpaksa mengikuti pola yang ada di luar diri kita. Kemudian kita merasa gagal dan tidak bisa mengikuti tuntutan yang ada, padahal yang kita butuhkan adalah mengenal dan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
Ketika kita mampu mengenal diri sendiri kita bisa meminimalisir kesalahan ataupun keputusan yang kita buat mengenai hal-hal yang ada dalam hidup kita. Lain halnya jika kita tidak bisa mengenal diri sendiri kita akan lebih mudah rentan atau down ketika ada masalah, tidak menghargai diri sendiri, merasa kekurangan dan tidak pernah puas, emosi menjadi tidak stabil, muncul kata-kata negatif tentang diri sendiri, seperti “Bodoh banget aku.”, “Gini aja nggak bisa.”, “Iya emang aku nggak layak dicintai.” yang membuat kita merasa tidak berharga lagi.
Hal ini disebabkan karena kurangnya kecintaan kita kepada diri sendiri, sehingga muncullah perasaan tidak yakin apakah kita pantas dicintai. Seseorang yang tidak mencintai dirinya sendiri cenderung merasa insecure atau tidak aman, suara kritik pada diri sendiri yang terlalu keras hingga bersifat destruktif dalam diri sendiri.
Bahkan secara tidak sadar kita menjadi lebih sering mengorbankan diri sendiri untuk kebahagiaan dan kepentingan orang lain, memenuhi ekspektasi orang lain dibandingkan memenuhi apa yang membuat kita bahagia serta lebih memilih untuk membuat orang lain menerima kita, dibandingkan kita menerima diri sendiri.
3. Mampu menyadari value diri sendiri
Untuk sampai ke tahap bisa mencintai diri sendiri kita perlu melewati proses pengenalan diri secara dalam. Pada awalnya kita merasa tidak memiliki keinginan apa-apa tentang diri sendiri, tidak tahu apa yang diinginkan, tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu apa yang dibutuhkan, hal ini menandakan bahwa kita tidak pernah berdialog dengan diri sendiri.
Maksud dari berdialog dengan diri sendiri adalah berhenti sejenak dari rutinitas untuk mengidentifikasi dan membedah segala hal yang ada dalam diri kita, apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan, apa yang kita inginkan, passion atau hobi apa yang sering dilakukan hingga hal-hal yang tidak disukai.
Jika kita sudah mampu berdialog dengan diri sendiri secara otomatis kita akan mementingkan diri kita di atas orang lain, bukan bersikap egois melainkan menyadari value apa yang harus diutamakan, hal-hal esensial yang harus dikenali, menemukan prinsip hidup, tahu apa yang diperjuangkan hingga mengerti siapa diri kita dan tahu apa baik dan buruk untuk ke depannya.
Proses selanjutnya adalah belajar mencintai diri sendiri, mengerti potensi yang ada dalam diri kita, mengeksplor setiap kemampuan, menghargai diri sendiri, menjadi orang yang lebih baik lagi, mampu jujur kepada diri sendiri dan mengapresiasi serta bangga terhadap diri sendiri. Hal ini berbeda dengan narsisme, karena narsisme membentuk pribadi yang merasa paling benar, paling hebat dan rakus perhatian.
Tahap terakhir adalah selesai dengan diri sendiri, merasa sudah melakukan yang terbaik, jujur dan menerima diri sendiri dan selalu mengevaluasi diri sendiri, ketika ada kekurangan atau kesalahan maka juga ada usaha untuk memperbaiki. Ketika semua tahap tersebut sudah dilalui baru kita bisa mencintai orang lain seperti kita mencintai diri kita sendiri. Energi dari dalam diri akan mengalir ke luar, memberikan pengaruh positif terhadap orang yang kita cintai.
4. Mampu mencintai diri sendiri dengan utuh meskipun pernah kehilangan
Tidak dapat dipungkiri proses mencintai diri sendiri juga bisa terjadi ketika kita kehilangan orang yang kita cintai. Hal ini dikarenakan kita belum sepenuhnya mencintai diri sendiri, hingga kita tersadar bahwa yang bisa menyembuhkan adalah diri sendiri bukan orang lain.
Ketika kita kehilangan seseorang, saat itu juga kita akan berproses menuju pendewasaan dan akhirnya kita akan menemukan diri sendiri. Perjalanan yang jauh bukanlah perjalanan ketika kita berada di puncak mencintai seseorang, bukan juga perjuangan kita mendapatkan seseorang yang kita cintai, melainkan perjalanan menuju diri sendiri.
Lebih jauh mengenal diri sendiri, menerima keadaan dengan lebih lapang dada karena jika kesulitan menerima sesuatu malah akan menjadi boomerang untuk diri sendiri dan berubah menjadi hal yang toksik.
Jika kita tidak mencintai diri sendiri terlebih dahulu, pandangan kita ke depan akan terasa tidak nyata atau hanya awang-awang sehingga kita menjadi ketergantungan dengan orang yang kita cintai, menuruti apa yang dia katakana ataupun inginkan.
Orang-orang yang mengandalkan perasaannya akan menjadi terlanjur dalam segala hal, padahal tidak ada kata terlanjur hanya saja sebuah bentuk dari ingin diselamatkan dari hubungan yang tidak sehat atau dari hubungan yang membuat lupa untuk tidak mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
Jika kita berhasil menuntaskan tugas dalam hal mencintai diri sendiri sebelum bisa mencintai orang lain, maka kita bisa dengan mudah introspeksi dan memantaskan diri, tahu apa yang terbaik dengan diri kita, tahu apa yang kita butuhkan, kemudian kita tawarkan kepada orang yang kita cintai dengan menyesuaikan visi dan misi bersama orang tersebut.
Sebuah proses mencintai diri sendiri memang tidak mudah dan bisa membutuhkan waktu yang lama, akan tetapi jika ada kemauan yang tinggi dan usaha yang sebanding untuk dapat mencintai orang lain dan ingin memiliki hubungan yang lebih baik, maka kita akan lebih mudah melewati tahap demi tahap dalam proses mengenali diri hingga selesai dengan diri sendiri.
Jangan lupa untuk sesekali menyelipkan afirmasi positif pada diri sendiri di akhir hari, karena itu juga termasuk usaha dalam mencintai diri sendiri.