A. Sejarah Munculnya Dikotomi Antara Ilmu dan Agama Islam Sejarah peradaban islam berhasil mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti abasiyah dan dinasti umayah di Andalusia. Kemajuan dari berbagai aspek tersebut, ilmu pengetahuan sangat pesat berkembang.Pada Masa khalifah Harun Ar-Rasyid dan AL-Ma’mun putranya, baitul hikmah adalah lembaga yang sangat penting dalam proses mencapainya masa kejayaan tersebut, disanalah para ilmuan dan cendikiawan muslim mengkaji ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-quran dan hadis namun juga mengkaji ilmu pengetahuan yang bersumber dari bangsa yunani, seperti ilmu filsafat, kedokteran dan juga perbintangan.Dalam bidang filsafat ketuhanan, atau teologi berkembang ilmu kalam dengan berbagai macam pola pemikirannya.filsafat alamiyah yang pada mulanya berasal dari luar islam mendapatkan tempat dalam dunia islam karena al-Quran mendorong sepenuhnya pemikiran-pemikiran filosof terhadap alam semesta, kemudian mengadakan penelitian-penelitian dan observasi lebih lanjut.Dalam bidang kedoteran mencatat lahir Ibnu Sina sebagai bapak kedokteran dunia yang ilmunya sampai saat ini masih berkembang dan dipelajari dan bisa dikatakan dari seluruh sudut pandang ilmu pengetahuan pada saat ini telah mencapai puncak kejayaan.Namun tidak bisa kita pungkiri. Salah satu awal dari pendiktomian ilmu adalah lahirnya filosof yang terlalu lebih condrong rasionalis Al-Gazali dengan corak filsafanya yang sufustik dan mu’ tazilah Al-Gazhali dengan filsafat islamnya menuju ke arah bidang rohani hingga menghilang ia ke dalam alam tasawuf,sedangkan Ibnu Rusyd dengan filsafat islamnya menuju kearah yang bertentangan dengan Al-Ghazali. Dalam kritiknya Al-Ghazali mengatakan kafir terhadap para filosof muslim saat itu, ia menilai mereka terlalu jauh terkontaminasi oleh sebab itu maka sejarah dikotomi ilmu terlihat sangat nyata pada masa keemasan ilmu pengetahuan itu sendiri, bermunculnya para para ahli-ahli pemikiran dari kalangan umat islam yang menurut beberapa ahli juga pada masa itu telah melampaui batas kemanusian.B. Integritas dan IlmuSecara etimologis integrasi merupakan kata yang berasal dari bahasa inggris integrate integration yang kemudian diadaptasi kedalam bahasa indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu padukan penggabungan atau menyatuh dengan kesatuan yang utuh.Adapun secara terminologis integrasi ilmu adalah pemaduan antara ilmu ilmu yang terpisah menjadi satu kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara ilmu ilmu yang bercorak agama dengan ilmu yang bersifat umum.Integrasi ilmu upaya untuk meleburkan polarisme antara agama dan ilmu yang diakibatkan pola pokir meninjau begitu urgennya kapasitas ilmu dalam kehidupan manusia maka sepatutnyailmu di dikembangkan sebagai basic nilai itu sendiri.Karena perkembangan ilmu yang tanpa dibarengi dengan kemajuan nilai religinya maka terjadinya gab jurang akibat meninggalkan ilmu dan ilmu secara arogan mengeksplotasi alamsehingga terjadinya berbagai kerusakan ekosistem.C.Sumber Ilmu Sumber dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai contoh sumber mata air, berarti asal dari air yang berasal dari mata air itu. Dengan demikian sumber ilmu pengetahuan adalah asal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia.Ilmu yang lahir dari sebuah perenungan manusia yang memiliki kemampuan khusus yang berhubungan dengan kejiwaan, ilmu pengetahuan yang bersumber dari intusi tidak dapat dibuktikan secara nyata melainkan melalui proses yang panjang dan tentu dengan memanfatkan intusi manusia. D. Integrasi Ilmu Pengetahuan Dalam IslamIlmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, dan terukur, serta dapat dibuktikan kebenaranya secara empiris. Ilmu menurut Al-qur’an adalah rangkaian keterangan yang bersumber dari Allah yang diberikan kepada manusia baik melalui Rasul-nya atau langsung kepada manusia yang menghendakinya tentang alam semesta sebagai ciptaan Allah yang bergantung menurut ketentuan dan kepastiannya.Berbeda dengan pengertian di atas, Harold H. Titus sebagaimana dalam buku ilmu pendidikan islam filsafat dan pengembangan karya Mahmud Junaedi, menjelaskan bahwa ilmu adalah harus diusahakan dengan aktifitas manusia berupa metode tertentu dan akhirnya aktifitas metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis dan bagian dari satuan aktivitas metode dan pengetahuan.Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan sesuatu yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Agama merupakan sumber ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala sesuatu yang tertuang dalam ajaran agama.Teori pengetahuan menurut Islam tidak hanya menonjolkan sudut yang khusus dari mana kaum Muslim memandang ilmu, akan tetapi juga menekankan keharusan yang mendesak untuk mencari ilmu. Seperti diketahui perintah Allah yang pertama kepada Nabi melalui wahyu pertama yang diterimanya adalah “bacaan dengan (menyebut) nama Allah”, dan dari sudut pandang Islam, membaca itu bukan hanya pintu menuju ilmu, akan tetapi juga cara untuk mengetahui dan menyadari Allah.Oleh sebab itu, ilmu mempunyai dua tujuan, yakni tujuan Ilahi dan tujuan duniawi. Ilmu berfungsi sebagai pertanda Allah, sebab orang yang mempelajari alam dan proses-prosesnya dengan seksama dan mendalam akan menjumpai banyak kasus yang menunjuk kepada tangan yang tidak tampak, yang membina dan mengawasi semua kejadian di dunia.E. Sumber Pengetahuan Menurut IslamIlmu memiliki kedudukan yang tinggi dalam sejarah peradaban manusia Seluruh manusia dimuka bumi ini pasti merasakan kebutuhan mendesak akan adanya ilmu pengetahuan dalam dirinya karna jika seorang manusia hilang dalam dirinya rasa haus akan ilmu maka kehancuran akan mendekat menghampiri dirinya, kenapa demikian?Karna rasa ingin tahu adalah fitrah bagi manusia, manusia pada dasarnya adalah mahluk yang selalu bertanya dan ingin tahu akan eksistensi sesuatu. cukuplah menjadi bukti seorang anak kecil yang sangat suka memegang barang yang belum pernah dia lihat sama sekali disebabkan rasa penasaran yang sangat tinggi oleh karna itu, jika seorang manusia berhenti atau hilang rasa ingin tahu dalam dirinya maka dia sudah menyimpang dari fitrahnya.ALLAH SWT menuntut manusia agar terus mencari ilmu karna amal tanpa dilandasi oleh ilmu tidak lebih dari sekedar kesesatan, bahkan ayat pertama yang turun dalam Al- Quran surat al-Alaq adalah iqra yang artinya adalah “bacalah” ayat ini ditujukan kepada kaum muslimin dan bersifat perintah dalam menuntut ilmu karna salah satu wasilah dalam menuntut ilmu adalah membaca.Manusia sampai sekarang selalu mencari cara bagaimana mendapatkan ilmu pengetahuan dengan cara yang benar mereka mulai bertanya apa saja sumber ilmu pengetahuan?, kenapa sesuatu itu bisa disebut ilmu?. Para ahli filsafat dan saintis barat berpendapat bahwa ilmu pengetahuan bersumber dari sesuatu yang empiris dan rasionalis, mereka menolak sumber ilmu pengetahuan diluar dari kedua sumber ini.Sebenarnya pandangan mereka ini tentang sumber ilmu pengetahuan didasari dari trauma akan hegemoni agama pada abad pertengahan dimana agama menjadi sangat dictator dan yang melakukan perlawanan kepada agama baik secara pemikiran maupun fisik akan dibunuh dan disiksa inilah yang dikenal dengan inkusisi.Oleh karna itu, pada masa Renaisans mereka mulai bercerai dengan agama dengan mengesampingkan ajaran agama dalam kehidupan mereka sehari-hari. Agama tidak boleh masuk keruang publik dan sosial, bagi mereka agama hanya ada ditempat ibadah dan tidak bisa keluar dari situ inilah yang disebut sekulerisasi. Maka implikasi dari sekulerisasi ini adalah penegasian kitab suci dan hal yang bernuansa metafisika sebagai sumber ilmu.Pandangan barat tentang ilmu pengetahuan ini sangatlah mengkhawatirkan terutama jika pandangan ini dipaksakan agar diterima oleh seluruh dunia. dan yang paling banyak memberikan kritik terhadap pandangan barat ini datang dari kalangan cendikiawan dan filsuf serta pemikir muslim.Salah satu kritik datang dari Syed Muhammad Naquib al-Attas, menurut al-Attas peradaban barat moderen telah membuat ilmu menjadi problematis. Sekalipun peradaban barat moderen menghasilkan juga ilmu yang bermanfaat, namun peradaban tersebut juga telah menyebabkan kerusakan dalam hidup manusia.Ilmu barat modern tidak dibangun di atas wahyu dan kepercayaan agama, namun berdasarkan tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang memusatkan manusia sebagai mahluk rasional Kritik al-Attas ini dilandasi kekhawatiran akan pandangan barat yang sudah mulai menghegemoni dunia islam terbukti seperti di indonesia pelajaran umum dipisahkan dari pelajaran agama, contoh: ketika menjelaskan terjadinya siang dan malam guru hanya menjelaskan kalau itu disebabkan bumi berputar tanpa menjelaskan kalau itu semua sudah diatur atas kehendak Allah SWT.Islam mempunyai pandangan sendiri tentang ilmu pengetahuan dan sumber-sumbernya yang berbeda secara fundamental dengan pandangan barat sekuler. Karna pandangan islam ini bersumber dari doktrin ajaran islam yaitu wahyu dari ALLAH SWT.Banyak sekali pemikir sekuler yang mengatakan pandangan islam ini sangat dogmatis karna bersumber dari kitab suci yang tidak empiris dan rasionalis lalu apakah pandangan barat dengan menjadikan empirisme dan rasionalisme sebagai sumber ilmu dan pandangan hidup bukanlah hal yang dogmatis juga jadi kita tinggal memilih apakah mengikuti dogma Tuhan atau meninggalkan dogma Tuhan dan berpindah kepada dogma setan.Adapun Sumber- sumber ilmu dalam islam sebagai mana dijelaskan Dinar Dewi Kania dalam buku filsafat ilmu prespektif barat dan islam terdiri dari : wahyu, berupa Al-Quran dan hadist Rasulullah saw, Akal dan kalbu serta Indra. Jadi, perbedaan mendasar antara sumber ilmu dalam perspektif islam dan barat adalah islam masi mempercayai wahyu atau bisa disebut juga khabar shadiq(kabar yang benar) sedangkan barat sekuler tidak mempercayai itu.Manusia sebenarnya pada umumnya percaya saja terhadap suatu berita yang benar tanpa perlu dibuktikan secara empiris contoh seorang anak yang tidak pernah tes DNA tetap percaya bahwa ayah dan ibunya itu tetaplah orang tuanya, begitupun juga khabar shadiq dalam islam kaum muslimin mempercayainya tanpa harus pusing mengkritisinya apalagi mengkritisinya dengan pandangan hidup barat tentu saja ini adalah kesalahan yang sangat fatal karna menyalahi pandangan hidup dalam islam.F. Ruang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam IslamIlmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang dikumpulkan dengan metode ilmiah (scientific methods). Dalam penjelasan lain, ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan yang sistematis yang dibangun melalui eksperimentasi dan observasi.Dengan kata lain, ilmu pengetahuan hanya akan terwujud jika diusahakan, dibangun, dan dikembangkan. Ilmu tidak akan lahir dengan berpangku tangan. Sebuah statemen dalam dunia pengembangan ilmu, “tanpa ada penelitian, ilmu pengetahuan tidak akan bertambah maju”. Penelitian dalam konteks ini sebagai dasar untuk Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan mensyaratkan dan memutlakkan adanya kegiatan penelitian.Kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsiran yang benar. Tetapi lebih dinamis lagi, penelitian juga berfungsi dan bertujuan inventif, yakni terus-menerus memperbaharui kesimpulan dan teori yang telah diterima berdasarkan fakta-fakta dan kesimpulan yang telah ditemukan.Ilmu pengetahuan adalah “it’s not final truth”. Ia bukan wahyu (kitab suci) yang kebenarannya adalah final dan absolut. Ilmu pengetahuan, dengan demikian bukan merupakan suatu monument abadi, yang sudah paten dan tidak boleh dikaji ulang. Ilmu (pengetahuan) adalah suatu proses yang terus menerus, “tidak akan pernah berakhir” (a never ending journey), ia akan terus dan selalu berproses selama kehidupan ini exist. Suatu upaya unik menjadikan ilmu (pengetahuan) agar tetap relevan dengan perkembangan zaman adalah pengembangan ilmu itu sendiri.Kamsul Abraha menilai bahwa sejarah peradaban manusia tidak pernah mengenal satu agama pun yang menaruh perhatian yang begitu besar dan sempurna terhadap ilmu pengetahuan selain Islam. Jadi prinsipnya Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dengan tetap mengoreksi terhadap cara-cara atau metode yang dianggap salah dalam menggali ilmu pengetahuan tersebut.Dan akal sebagai media atau alat untuk menggali pengetahuan. Ilmu selalu mengalami pembaharuan dan perbaikan sesuai dengan kaidah atau norma kemajuan. Ilmu selalu berada antara yang kurang menjadi sempurna, yang kabur menjadi jelas, yang bercerai berai menjadi terpadu, yang keliru menjadi lebih benar dan yang masih rekaan menjadi lebih yakin dengan demikian tidak diharapkan dari kitab-kitab akidah untuk menyesuaikan diri dengan masalah-masalah ilmu pengetahuan.Setiap kali munculnya masalah yang baru di dunia ilmu pengetahuan dalam suatu generasi manusia, maka tidaklah sepatutnya bagi umat Islam untuk berupaya menafsirkan atau memperlihatkan dari kitab sucinya perincian apa yang telah diperoleh dalam ilmu itu.Kelebihan Islam yang terbesar adalah bahwa ia membuka bagi umat Islam pintu-pintu ilmu pengetahuan seraya menghimbau mereka untuk masuk mencari dan mengembangkan ilmu itu. Bukanlah kelebihannya dalam membuat mereka malas mencari ilmu dan melarang mereka memperluas penelitian dan penalaran karena semata-mata mereka menyangka bahwa mereka telah memiliki semua jenis ilmu. Umat Islam dihimbau oleh Al-Qur’an untuk maju dalam kehidupan dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah di bumi ini.G. Membangun Ilmu Pengetahuan Yang Berwawasan IslamUmat Islam pernah mengalami masa kejayaan di bidang ilmu pengetahuan. Menarik bahwa keberhasilan dan kejayaan ini dilandasi oleh semangat kitab suci al-Qur’an. Hal ini tidak saja diakui kebenarannya oleh umat Islam, tetapi termasuk oleh sejarawan papanatas asal Amerika Serikat, Marshall Hodgson. Di antara ayat yang dipandang memberi semangat peradaban tinggi terhadap umat Islam adalah sebagai berikut:“Kamu adalah umat yang terbaik yang menyeru kepada kebaikan dan meninggalkan segala keburukan”.Melalui kemajuan ilmu pengetahuan ini umat Islam pernah mengalami kejayaan peradaban beberapa abad pada masa yang lalu. Memang Islam sebagai sebuah agama mengatur kehidupan manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat.Untuk mencapai kesejahteraan itu manusia selain dibekali Allah dengan akal pikiran juga diberikan wahyu yang berfungsi untuk membimbing perjalanan hidupnya. Akal pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling tinggi kepada manusia. Akal pikiran yang dimiliki manusia inilah yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan akal pikiran yang dimiliki ini pulalah manusia menempati tempat tertinggi di antara makhluk-makhluk lain baik malaikat, jin, binatang dan sebagainya. Islam memberikan penghargaan tertinggi terhadap akal.Tidak sedikit al-Qur’an dan hadis Nabi yang menganjurkan dan mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya dan banyak berpikir guna mengembangkan intelektualnya. Dengan penggunaan akal itulah manusia dapat mengasah intelek untuk kemudian menimbulkan sikap kecendikiawanan dan kearifan baik terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan maupun terhadap Tuhan.Banyak kata dalam al-Qur’an yang mengandung arti berpikir selain dari kata akal. Misalnya kata dabbara, merenungkan, dalam 8 ayat; fakiha, mengerti, dalam 20 ayat; nazhara, melihat secara abstrak, dalam 30 ayat; tafakkara, berpikir. Kata-kata ‘aqala dijumpai dalam lebih dari 30 ayat al-Qur’an.Sebagaimana dikutip Azyumardi Azra, ayat-ayat yang di dalamnya terdapat berbagai kata tersebut di atas mengandung perintah agar manusia mempergunakan akal pikirannya. Lalu, penggunaan akal pikiran secara teratur tersebut akan menghasilkan ilmu pengetahuan. Dalam al-Qur’an sering disebut kata yang erat hubungannya dengan berpikir. Arti asli ayat adalah tanda yang menunjukkan sesuatu yang terletak tetapi tidak kelihatan di belakangnya.Karya nyata yang telah diperlihatkan peradaban Islam dalam bidang sains sebagai berikut:Pertama, dalam bidang matematika telah dikembangkan oleh para sarjana Muslim berbagai cabang ilmu penetehauan seperti teori bilangan, aljabar, geometri analit dan trigonometri.Kedua, dalam bidang fisika, mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika.Ketiga, dalam bidang kimia telah berkembang ilmu kimia.Keempat, dalam bidang astronomi, kaum Muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda- benda langit.Kelima, dalam bidang geologi para ahli ilmu pengetahuan Muslim telah mengembangkan geodesi, minerologi dan meterologi.Keenam, dalam bidang biologi, mereka telah memiliki ilmu-ilmu psikologi, anotmi, botani, zoologi, embriologi dan pathologi.Ketujuh, dalam bidang sosial telah berkembang pula ilmu politik. Dari segi metodologi ilmiah sebenarnya para sarjana Muslim telah mengembangkannya yang dikembangkan oleh dunia Barat sekarang ini. Pola berpikir rasional, sebenarnya dikenal oleh ahli-ahli pikir Barat lewat pembahasan ahli-ahli filsafat Islam terhadap filsafat Yunani yang dilakukan oleh antara lain al-Kindi (809-873 M, al-Farâbî(881-961), Ibn Sînâ (980-103) dan Ibn Rusyd (1126-1198 M). Demikian pula pola berpikir empiris yang dikenal di dunia Barat lewat tulisan Francis Bacon (1561-1626 M) semula berasal dari sarjana-sarjana Islam.Mata kuliah : PIDSKelompok 8 :
- Adlila Anggriani Siahaan
- Nadhilah Uzma Wasirin
- Sity Qurrota Ayuni
Nama dosen : Aswan, S. Ag, MM.