Kehadirananak adalah sesuatu yang paling ditunggu dalam sebuah pernikahan. Sayangnya,tidak semua pasangan suami istri memiliki anak. Banyak yang mengatakan bahwaanak memiliki peran penting dalam menjaga keharmonisan keluarga. Hal inimenyebabkan adanya tekanan sosial dari masyarakat agarpasangan suami istri harus segera memiliki anak setelah menikah. Bukan sajadari keluarga, tetapi juga dari lingkungan.
Kehadirananak dianggap penting karena akan meneruskan garis keturunan keluarga. Olehkarena itu, tidak jarang ada perasaan gagal ketika pernikahan tidak diberiketurunan. Namun, bagaimana kalau sudahmenanti cukup lama, dan telah melakukan berbagai usaha, ternyata tidak kunjungmemiliki anak?
Andabisa menemukan kebahagiaan di jalan yang lain. Bukankah Anda masih bisabercanda tawa dan berbagi kebahagiaan dengan teman, tetangga, atau bahkanorang-orang yang memiliki jalan hidup yang serupa dengan Anda? Temukan danciptakan kebahagiaan Anda sendiri.
Beberapapenelitian mengatakan kalau hidup tanpa anak bukanlah sesuatu yang harusdijadikan kesedihan atau sumber dari masalah kesehatan masalah psikologisnya.Dengan atau tanpa anak, Anda masih bisa sama bahagianya dengan mereka yangmemilikinya. Mereka menikmati hidup dengan cara lain serta menemukankebahagiaan lain, berdua bersama pasangan, tanpa harus meratapi nasib.
Anda dan pasangan bisa melakukan beberapa tips di bawah ini agar hidup lebih bahagia walau tanpa anak.
1. Ikhlas Menerima
Mungkinterdengar klise, tetapi memang itu yang harus dilakukan agar tetap bahagia.Pernikahan tanpa anak mungkin terasa ada yang kurang. Namun, Allah tidak akanmemberikan ujian dan cobaan pada hambaNYA jika tidak sesuai dengan kapasitasmereka.
Segalaapa yang dimiliki di dunia, akan dimintai pertanggung-jawaban di hari akhir,termasuk tentang anak.
Tidakada hisab tentang anak pada orang yang tidak memilikinya. Namun, orang yangmemiliki anak akan melalui hisab, akan ditanya tentang bagaimana dia mendidikanak, bagaimana cara membesarkannya, dan seterusnya.
Dihari akhir, anak dan orangtua, kelak bisa saling berdebat dan bermusuhan,bahkan anak, bisa menjadi pembatal orang tuanya masuk surga.
Janganmenganggap diri sedang dihukum Allah, tidak dicintai Allah, tidak dipercayaAllah, karena belum dikaruniai keturunan. Kalau Anda menganggap anak adalahtanda cinta, tanda percaya dari Allah, maka orang-orang yang berzinalah yang seharusnyatidak dikaruniai anak.
Namun,pada kenyataannya bisa kita lihat, banyak sekali perzinahan yang bisa denganlancar membuahkan anak. Itu artinya, salah satu hakekatnya, anak adalah ujianbagi manusia.
TahukahAnda bahwa Nabi Ibrahim dan Nabi Zakariya baru dikaruniai anak setelah waktuyang panjang, hingga usia telah lanjut dan dinyatakan mandul. Istri Rasulullahsaw, Aisyah r.a, juga tidak dikaruniai keturunan, tetapi itu tidak mengurangikemuliaan beliau. Tidak pula mengurangi kecintaan Rasulullah padanya.
Ketikakita ikhlas atas segala ketetapan Allah, hati akan lebih tenang. Jangan salingmenyalahkan dengan pasangan. Sadari ini adalah ujian bersama. Jangan pernahmerasa menjadi orang yang paling menderita di dunia “hanya” karena belumdikaruniai anak.
Diluar sana, begitu banyak orang yang jauh lebih menderita. Ingatlahbanyak gelandangan yang tak punya rumah. Orang yang banyak memiliki anak, tapikesulitan untuk membiayai hidup dan menyekolahkan anak-anaknya, sampai-sampaiharus berutang ke sana kemari, bahkan minta-minta pada orang lain.
2. Berusaha Bersama Pasangan
Ikhlasbukan berarti pasrah bongkokan dan berhenti berusaha. Yang namanyaikhtiar adalah bentuk ketaatan kita pada Allah. Tetap berusaha dengan menjagakesehatan tubuh, konsumsi makanan sehat dan bergizi, atau bisa juga mengambiljalan medis seperti bayi tabung.
Namun,jangan sampai usaha ini menjadikan kita semakin stress yang akhirnyamemperburuk hubungan kita dengan pasangan. Tetaplah bersabar dalam ikhtiar.Saling dukung dengan pasangan.
Janganpernah takut, nanti bagaimana kalau di usia lanjut tidak ada anak-anak yang merawat?Banyak orang tua yang memiliki anak, membesarkan hingga dewasa, dan meninggallebih dulu dari orang tuanya.
Banyakpula orang tua yang meninggal, justru di saat anak-anaknya sedang lucu-lucunya.Atau banyak juga yang memiliki anak, tetapi anak-anaknya tumbuh menjadi pribadiyang buruk, durhaka yang tak peduli dengan kedua orang tuanya, bahkanmemasukkan mereka ke panti jompo. Jadi, jangan jadikan anak sebagai jaminanmasa depan.
3. Berpikir Positif
Anakadalah rezeki tak terkira, karunia yang diberikan Allah kepada kita. Namun,Allah juga menyebutkan bahwa anak bisa menjadi fitnah (cobaan atau musibah)bagi orang tuanya jika anak tersebut membuat mereka lalai dari mengingat Allah.Jika anak tersebut tidak dididik dengan baik dan ikut membuat kerusakan di mukabumi.
MakaAllah mengingatkan kepada kita, “Hai orang-orang beriman janganlah hartadan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuatdemikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi” (Q.S. Al Munafiqun :9).
Berpikirpositif bahwa Allah menyayangi kita dan tidak ingin kita terjerat fitnah dunia.Hal ini akan membuat kita semakin dekat dengan Allah dan semakin taat dalamberibadah.
Yakinlah,Allah SWT Maha Adil. Bila orang lain dikarunia anak, sedangkan kita belum, makaInsyaallah, akan diberi ganti dengan hal lainnya, baik di dunia dan akhiratnanti. Tidak akan ada rezeki yang tertukar.
4. Berlibur Bersama
Salah satu hal yang harus disyukuri dengan tidak adanya anak adalah Anda dan pasangan bisa berlibur berdua. Banyak pasangan yang memiliki anak kesulitan mendapatkan waktu liburan berdua dengan pasangan. Jadi, nikmatilah. Habiskan waktu bersama pasangan, saling berbagi cerita dan kasih sayang.
Baca Juga: 11 Tips Liburan Singkat Tapi Tetap Menyenangkan
5. Mengangkat Anak
Mendidiktidak harus menunggu memiliki anak. Anda juga bisa mendidik anak orang lain,dengan mengajari mereka mengaji misalnya, atau memberikan kajian-kajian seputaranak dan remaja.
Doaanak yang sholeh bukan hanya dari anak kandung, tapi juga bisa dari anak-anakorang lain yang kita didik, anak-anak yang kita bantu ekonominya, sekolahnya,dan seterusnya. Selain itu, ilmu yang disampaikan, akan juga menjadi ladangamal yang terus mengalir.
“Jikaseseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkarayaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh”(HR. Muslim no. 1631)
Belumhadirnya anak dalam perkawinan bisa tetap membuat bahagia, tergantung padapasangan yang menjalaninya. Kehadiran anak bukan penentu kebahagiaan rumahtangga bahkan bisa saja menjadi fitnah atau cobaan buat orang tuanya.
Merawatanak tidak berarti harus yang lahir dari rahim kita, tetapi semua anak-anakyang kurang beruntung bisa kita bagi sebagian kebahagian kita. Tentu masihbanyak lagi hal yang bisa membuat kita tetap bahagia meski belum dikaruniai anak.
Tetaplahberusaha dan berdoa kepada Allah. Tak perlu bersedih dan berkecil hati.Yakinlah masih banyak ladang pahala yang bisa diraih selama masih ada di duniaini.