Saat menjalin hubungan asmara dengan lawan jenis, baik pria maupun wanita mempunyai pandangan masing-masing terhadap pasangannya. Pandangan ini tentu bisa hanya sebatas opini atau asumsi yang mungkin keliru.
Sayangnya, ada begitu banyak asumsi atau mitos yang terlanjut dipercaya masyarakat. Bahkan tidak sedikit pasangan yang akhirnya menganggap karakter pasangannya sama seperti orang lain karena mitos yang beredar tersebut. Termasuk saat menyelesaikan permasalahan, mereka cenderung menganggap semua orang bisa diperlakukan sama.
Mitos yang tidak lain adalah bentuk penafsiran masing-masing orang ini bisa kamu ubah mulai dari sekarang. Sehingga hubunganmu bisa terjalin lebih harmonis dan menyenangkan.
Tapi sebelumnya, apa sajakah asumsi-asumsi keliru tentang hubungan yang masih banyak dipercaya? Berikut ini adalah beberapa diantaranya.
1. Wanita Lebih Romantis
Asumsi satu ini tampaknya sudah jadi mitos abadi yang semakin dilanggengkan dengan novel-novel romansa. Namun nyatanya, asumsi ini tidak selalu benar. banyak wanita yang justru terlihat lebih cuek dibanding pasangannya.
Dalam hal ini, seorang pria bisa saja bersikap sangat romantis pada pasangannya. Bahkan hal ini sudah dibuktikan dalam sebuah penelitian yang melibatkan pertanyaan tentang kesetiaan dan keteguhan hati. Hasilnya, pria lebih banyak menunjukkan sisi romantisme dibanding wanita.
Mereka juga lebih menyetujui konsep tentang “cinta pada pandangan pertama” yang semakin memperkuat hasil penelitian. Sementara para wanita mungkin akan cenderung lebih mempertimbangkan banyak hal, sehingga konsep tersebut kurang disetujui.
Sebut saja saat seorang wanita bertemu dengan pria tampan, mereka tidak akan langsung menaruh hati. Tetapi akan mempertimbangkan hal-hal lainnya terlebih dahulu sebelum kemudian benar-benar jatuh cinta padanya.
2. Wanita Kurang Tertarik Dengan Seks
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang sempat mendukung asumsi ini. Namun semakin kesini, mitos yang mengatakan bahwa wanita kurang tertarik dengan seks ditolak. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa baik pria maupun wanita tidak ada yang “kurang tertarik dengan seks”.
Asumsi tersebut dihasilkan karena ikut campur faktor sosial dan situasi. Dimana wanita masih merasa tabu jika mengakui minatnya terhadap hal-hal yang berorientasi seks. Mereka juga cenderung akan banyak memilih siapakah yang akan dikencaninya.
Dari sikap inilah, wanita kemudian dianggap memiliki ketertarikan yang kurang besar terhadap seks.
3. Pria Menganggap Penampilan Fisik Adalah yang Terpenting
Asumsi ini lahir berdasarkan penelitian terdahulu yang mengatakan jika pria lebih mementingkan penampilan fisik pasangannya dibanding perempuan. Namun ternyata, penelitian terbaru menunjukkan hal sebaliknya.
Dalam studi terbaru ini, baik pria maupun wanita sama-sama menjadikan penampilan sebagai sesuatu yang penting. Oleh sebab itu, daya tarik pertama bagi pria maupun wanita adalah penampilan lawan jenisnya.
Seseorang dengan penampilan menarik akan lebih mudah memikat lawan jenis. Dan tak bisa dipungkiri jika kamu pun akan lebih mudah terpikat dengan mereka yang bisa tampil menarik.
Meski setelah menjadi pasangan, penampilan akan jadi poin kesekian setelah kenyamanan dan perasaan.
Baca juga: Posesif Adalah? Ciri dan Cara Mengatasi Sifat Posesif Terhadap Pasangan
4. Orientasi Berbeda Dalam Menjalin Hubungan
Sama seperti asumsi tentang hubungan yang menyatakan bahwa wanita lebih romantis, mitos terkait orientasi berbeda antara pria dan wanita saat menjalin hubungan juga turut didukung oleh berbagai cerita romansa. Seperti yang cukup populer dalam buku Men Are From Mars, Women Are From Venus.
Dalam buku karya John Gray ini, disebutkan jika pria dan wanita memiliki orientasi berbeda dalam memandang hubungan yang dijalaninya.
Namun dalam dunia nyata, keduanya tampak memiliki kesamaan yang sangat banyak. Salah satu kesamaan yang paling umum dijumpai ialah terkait karateristik pasangan. Pria atau wanita dengan pribadi cerdas, baik dan menarik ialah karateristik yang paling diinginkan seseorang saat mencari pasangan.
Pandangan tentang kelanjutan hubungan juga menjadi kesamaan yang tak bisa dibantahkan. Mereka yang sudah sama-sama jatuh cinta akan memiliki orientasi ke depan bersama pasangannya saja.
5. Pria Selalu Menjadi Pelaku Kekerasan Fisik
Saat ada kasus kekerasan dalam rumah tangga, mungkin kamu akan langsung menduga jika pelakunya adalah pihak pria. Tetapi, beberapa kasus yang sudah terungkap di media ternyata tidak menyetujui hal tersebut.
Beberapa pasangan justru memiliki catatan berbeda. Dimana wanita juga bisa menjadi pelaku kekerasan fisik terhadap pasangannya. Seperti yang terjadi pada mantan pasangan suami istri ternama, Amber Heard dan Johnny Depp.
700.000 pria di Inggris juga pernah menjadi korban kekerasan oleh pasangannya. Jumlah tersebut tercatat pada tahun 2016 lalu. Angka besar ini semakin mematahkan asumsi tentang hubungan yang menyebutkan pria selalu jadi pelaku kekerasan fisik.
Ya meskipun luka dan akibat yang dirasakan wanita umumnya lebih serius dibanding pada pria, namun hal ini tidak bisa menjadi satu-satunya patokan untuk menghakimi pria.
6. Cara Dalam Menangani Konflik
Selama ini mungkin kamu menganggap jika pria dan wanita memiliki cara berbeda dalam menyelesaikan konflik. Tapi ternyata keduanya memiliki cara yang sama. Perbedaan gender tidak memberikan pengaruh yang berarti pada cara yang diambil untuk menyelesaikan masalah dalam sebuah hubungan.
Dalam penyelesaian konflik, perubahan adalah tujuan yang ingin dicapai. Namun keinginan tersebut biasanya dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki keseriusan dalam menjalin hubungan.
Sementara mereka yang memiliki keseriusan dengan pasangannya, akan selalu berusaha mempertahankan hubungan mereka dengan berbagai solusi terbaik.
Dalam tradisi masyarakat Indonesia, seorang pria sering kali dianggap sebagai pihak yang mempunyai kekuatan lebih besar. Sehingga wanita kerap dicap sebagai pihak yang mendesak dan menginginkan perubahan.
Padahal, baik pria maupun wanita bisa mengambil sikap yang sama dengan landasan perasaan yang mereka miliki.
Bagaimana, apakah kamu termasuk orang yang masih percaya dengan mitos atau asumsi tentang hubungan tersebut? Sebelum mempercayainya secara penuh, sebaiknya coba bandingkan dengan kenyataan yang banyak terjadi saat ini. Apakah memang sesuai dengan mitos yang sudah terlanjur melegenda tersebut?