Orang-orang bilang aku sombong. Kenyataannya aku ingin berteman, tetapi rasa malu dan gelisah menahanku. Trauma pertemanan di masa lalu mengintaiku.Orang-orang bilang aku antisosial. Sebenarnya, aku ingin bergaul. Tetapi, setiap kali aku memulai pertemanan, aku selalu merasa tersisihkan. Pagar dan jarak yang terbangun di hadapanku. Pemikiran yang tak pernah sejalan. Candaan di luar batas.Aku seperti orang luar yang tak tahu ke mana harus pulang. Teman terasa seperti formalitas. Jadi, aku berjalan sendirian, bersama kesepian sang teman lama. Orang-orang pasti kasihan padaku.Ini memang berat dan menyedihkan. Tetapi, yang orang tidak tahu. This loneliness is a blessing in disguise (Kesepian ini adalah berkah yang disamarkan).Kesepian membantuku menemukan diriku. Lebih banyak waktu sendiri. Mencari hobi-hobi baru. Melakukan hal-hal baru. Menemukan apa yang kusuka. Menjadikan sebagai pekerjaan. Seperti, menulis hal-hal seperti ini.Kesepian mengajarkanku makna hidup. Sejatinya, kita memang ditakdirkan sendirian. Lahir sendiri. Berjuang sendiri. Mati sendiri. Di luar sana, aku melihat orang-orang begitu bergantung pada cinta dan orang lain, lalu mereka tersakiti, mencari cinta baru, kemudian tersakiti lagi, begitu seterusnya. Aku di sini, berteman dengan rasa sepiku, bertahan dan baik-baik saja, lalu menemukan sesuatu yang lebih kekal, pengharapan yang tak akan mengecewakanku, tujuan hidup yang terarah dan terang.Dan, jika aku tak pernah menjadi introvert yang kesepian, mungkin aku tak akan berpikiran seperti ini, mungkin aku tak pernah bisa menulis ini. Nyatanya, kau duduk di hadapan gadgetmu, membaca tulisan ini, lalu tersenyum.“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal ia amat baik untukmu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” [Q.S 2:226]Apa pun itu, choose to believe in Allah (Percayalah pada Allah). Dengan prasangka yang baik.By: Alvin Syahrin