Optimis dan Pesimis adalah dua hal yang berbanding terbalik. Orang yang pesimis cenderung bersikap atau berpandangan negatif. Biasanya orang yang pesimis merasa khawatir akan kalah, rugi hingga celaka pada sesuatu yang belum terjadi. Terkadang si pesimis juga mudah putus harapan.
Sedangkan optimis adalah paham keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang baik dan menyenangkan. Orang optimis selalu mempunyai harapan baik di segala hal sehingga membuatnya akan merasa baik-baik saja. Si optimis juga memiliki pikiran akan masa depan yang cerah dan berpikir positif untuk kehidupannya.
Jika kamu sering pesimis, ada baiknya untuk segera berhenti dan menghilangkan sikap negatif tersebut. Ganti sikap pesimis dengan optimis sehingga membuatmu yakin bahwa kamu mampu melewati semua tantangan dan hambatan dalam hidup. Kenapa optimis itu penting? berikut alasannya!
1. Performa yang Lebih Baik
“Optimisme adalah keyakinan yang mengarah pada pencapaian, tidak ada yang bisa dilakukan tanpa harapan ”tulis Helen Keller dalam Optimism: An Essay.
Seperti yang dikatakan oleh Helen Keller, bahwa optimis menjadi sikap yang mengarah pada pencapaian. Meskipun hasilnya belum tentu sesuai dengan harapan, setidaknya dengan optimis bisa memberi kita semangat agar bisa mencapainya.
Orang yang optimis cenderung mengerahkan upaya untuk mencapai tujuan dan bertahan dalam menghadapi rintangan. Ketika orang yang optimis mengharapkan sesuatu yang hebat tapi belum bisa mencapainya, mereka akan mencari tahu mengapa itu terjadi dan belajar untuk bisa mencapainya di masa depan.
2. Berpikir Positif
Orang yang optimis mengatasi stres dengan lebih baik dan mengambil tindakan langsung saat menghadapi kesulitan. Ketika sesuatu yang buruk terjadi, kebiasaan berpikir positif mereka muncul dan mereka mencari cara agar situasinya tidak seburuk yang mereka pikirkan sehingga segalanya akan menjadi lebih baik.
Optimisme dan harapan berhubungan dengan bagaimana kita berpikir dan merasakan masa depan. Jika kita benar-benar yakin bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik, semua kesulitan menjadi lebih mudah untuk dihadapi.
3. Belajar dari Kegagalan
Kegagalan bukanlah akhir, bahkan seringkali merupakan awal dari sesuatu yang hebat. Ketika semuanya baik-baik saja, kita meluncur tanpa membuat lompatan besar apa pun. Dan pada saat segala sesuatunya menjadi buruk, dunia kita terguncang, yang mengharuskan kita untuk tumbuh, melihat hal-hal baru, dan memulainya dari awal.
Sikap optimis memungkinkan kita untuk belajar dari kegagalan, mengambil bagian dan beralih ke sesuatu yang lebih besar. Tak peduli sudah berapa kali kita gagal karena dengan sikap optimis, kita meyakini bahwa kita akan berhasil di kemudian hari.
4. Meningkatkan Kesehatan
Pola pikir positif dikaitkan dengan kesehatan yang lebih baik dan kemungkinan penyakit yang lebih rendah. Sebuah tinjauan terhadap 15 studi dengan lebih dari 200.000 peserta menemukan 35% kemungkinan lebih rendah terkena penyakit jantung dan 14% lebih rendah untuk kematian dini pada orang yang optimis.
Menjadi optimis dikaitkan dengan faktor risiko biologis seperti menurunkan gula darah dan kolesterol. Selain itu, pemikiran positif pada orang yang optimis dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan mengurangi kemungkinan terkena infeksi dan kanker.
Bahkan setelah mempertimbangkan perilaku sehat, orang yang optimis memiliki umur 15% lebih lama dan peluang 50% lebih besar untuk hidup lebih dari 85 tahun daripada orang dengan pandangan negatif.
5. Berani Menghadapi Rintangan
Terlepas dari seberapa optimisnya kita, kita semua pasti menghadapi rintangan. Ada kalanya kita mendapatkan ujian hidup entah kecelakaan, sakit, kehilangan uang dan sebagainya. Dengan bersikap optimis, kita pasti bisa menjalani dan menghadapi semua halangan yang ada.
Orang optimis lebih fokus pada masalah itu sendiri daripada mengurangi dan mengelola emosi seperti ketakutan atau kesedihan yang mungkin timbul dari masalah tersebut. Orang optimis memiliki rasa kontrol dan fokus pada solusi untuk mengatasi masalahnya. Tidaklah mengherankan jika orang yang optimis memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
6. Lebih Mudah Mendapatkan Pekerjaan
Peneliti Ron Kaniel (Fuqua School of Business, Duke), Cade Massey (Yale School of Management) dan David T. Robinson (Fuqua School), mempelajari pengaruh disposisi optimis pada pencarian pekerjaan siswa MBA. Orang optimis bernasib lebih baik daripada rekan-rekan mereka yang kurang optimis.
Para peneliti melaporkan dalam kertas kerja Biro Riset Ekonomi Nasional. Mahasiswa MBA yang optimis lebih mudah menemukan pekerjaan dengan pencarian pekerjaan yang tidak terlalu intensif. Bahkan lebih baik, dua tahun setelah kelulusan, orang-orang yang optimis lebih mungkin dipromosikan daripada rekan-rekan mereka yang kurang optimis.
7. Membuat Lebih Bahagia
Optimis adalah salah satu bentuk berpikir positif yang berfokus pada masa depan. Itu membantu meningkatkan kualitas hidup kita dan membuat kita lebih bahagia.
Optimisme mengubah cara kita memandang serta mengingat interaksi kita dalam hidup karena kita menempatkan putaran yang lebih positif pada aktivitas kita.
Dengan berpikir secara optimis tentang masa depan, kita menjadi bersemangat tentang apa yang kita pikir bisa dan akan terjadi. Selain itu, sikap optimis juga membuat kita selalu bekerja keras. Jika kita yakin suatu peristiwa akan menjadi positif, kita mungkin terkejut atau kecewa ketika peristiwa berubah menjadi negatif.
Sadar atau tidak, kita melipat-gandakan usaha kita untuk mengembalikan hidup ke jalur yang benar. Hasilnya, kita menciptakan hasil yang lebih baik melalui upaya yang kita lakukan karena kita optimis akan mendapatkan hasil yang lebih baik.
8. Kunci Panjang Umur
Mengharapkan hal-hal baik terjadi mungkin menjadi kunci umur panjang. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan Monday di Proceedings of the National Academy of Sciences mengungkapkan bahwa orang yang optimis memiliki peluang lebih besar untuk memiliki umur panjang atau hidup sampai usia 85 tahun ke atas.
Sementara itu, ada studi lain yang didasarkan pada data dari 69.744 wanita di Nurses Health Study, dan 1.429 pria di Veterans Affairs Normative Aging Study. Para peneliti kemudian membagi kedua kelompok menjadi kelompok berdasarkan tingkat optimisme tertinggi, terendah dan di antaranya melihat statistik kesehatan mereka.
Studi menemukan, kelompok dengan pandangan paling positif memiliki 11-15% rentan hidup yang lebih lama dibandingkan dengan kelompok yang paling tidak optimis. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa optimisme mungkin menjadi strategi untuk memperlambat penuaan.
Orang yang optimis cenderung memiliki tujuan dan kepercayaan diri untuk mencapainya, sehingga optimisme dapat membantu orang mengembangkan dan mempertahankan kebiasaan yang lebih sehat.
Studi sebelumnya menemukan bahwa orang yang sangat optimis memiliki kemungkinan lebih rendah meninggal akibat stroke, penyakit jantung bahkan kanker.
Masih suka pesimis? jangan khawatir, pesimis masih bisa diubah menjadi optimis selama kita mau. Perlahan, cobalah untuk perbanyak berpikir positif dan melihat sesuatu dengan pandangan positif. Sudut pandang menjadi hal yang terpenting dalam menumbuhkan sikap optimis.
Jika kita selalu memandang sesuatu dengan positif, maka sikap optimis itu akan selalu hadir dalam segala hal. Intinya, sikap optimis memberikan dampak yang sangat baik bagi kehidupan kita.