Nama Jason Lamuda mungkin agak samar-samar kita mendengarnya, namun kalo bicara tentang situs Berrybenka.com kita semua pasti tau situs jual beli online ini. Tapi tahukah Anda Jason Lamuda adalah Co-founder sekaligus CEO Berrybenka. Seperti apa cerita inspiratif Jason Lamuda pendiri Berrybenka? Berikut adalah kisah sukses Jason Lamuda pendiri Berrybenka dan Hijabenka mulai dari biografi, profil, dan perjalanan hidup.Berrybenka.com adalah situs e-commerce yang fokus bisnisnya menjual produk fesyen dan kecantikan. Dibalik ganasnya persaingan situs jual beli online saat ini, Berrybenka mampu bertahan
Biografi Jason Lamuda Pendiri Berrybenka
Sebagai seorang pebisnis yang sukses, Jason Lamuda sang pendiri Berrybenka tidak meraih kesuksesannya begitu saja. Setelah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas, pada tahun 2003 Jason Lamuda masuk di Perdue University, Indiana, Amerika Serikat, jurusan teknik kimia. Ia berhasil lulus pada tahun 2007 dengan gelar Bachelor of Science. Jason Lamuda melanjutkan program S2 di Columbia University, Amerika Serikat, jurusan Financial Engineering. Ia lulus pada tahun 2008 dengan gelar Master of Science.Setelah menyelesaikan pendidikannya, Jason Lamuda mengawali karirnya pada bulan Agustus 2008 sebagai Business Analyst di McKinsey & Company, sebuah perusahaan firma konsultan manajemen terkemuka dunia yang bertindak sebagai penasihat dan konselor tepercaya untuk banyak bisnis dan institusi, disana ia menjabat sebagai.Di McKinsey & Company, pendiri Berrybenka ini terlibat dalam banyak proyek di Indonesia dan Asia Tenggara. Antara lain. Ekuitas pribadi untuk perusahaan ritel, Manajemen penjualan dan distribusi untuk operator seluler telekomunikasi, Pengembangan strategi untuk perusahaan penambangan batubara, Pelaksanaan usaha patungan dari unit bisnis di sebuah perusahaan minyak dan gas.Jason bekerja di McKinsey & Company selama 2 tahun dan keluar pada tahun 2010 demi untuk memulai usahanya sendiri di dunia digital.
Mendirikan Disdus
Bersama rekannya Ferry Tenka, Jason mendirikan Disdus sebagai awal karirnya di bisnis digital. Bisnis pertamanya ini berjalan dengan sukses, hingga pada akhirnya di tahun 2011, Disdus diakuisisi oleh Groupun dan berubah nama menjadi Groupun Indonesia.Setelah melepas Disdus ke tangan Groupon, Jason kembali berambisi untuk membangun bisnis digital. Dengan pengalamannya membangun Disdus yang sukses, tak perlu waktu lama bagi Jason memunculkan ide emas untuk bisnis selanjutnya.
Mendirikan Berrybenka
Bersama Yenti Elizabeth, Jason akhirnya mendirikan situs belanja online fesyen dan kecantikan yang diberinama Berrybenka. Situs Berrybenka.com resmi diluncurkan pada akhir tahun 2012.Di tangan Jason, Berrybenka perlahan namun pasti menunjukkan tajinya sebagai salah satu e-commerce fashion ternama di Indonesia. Bukan hanya menyasar pada sektor itu-itu saja, Jason juga memperluas jangkauan pasar Berrybenka dengan cara menambah beragam kategori produk di platform e-commerce yang ia dirikan. Seperti make-up, kecantikan, bahkan beberapa apparel olah raga ternama. Hal ini adalah langkah Berrybenka untuk semakin kuat di tengah ketatnya persaingan antara bisnis jual beli online yang ada di Indonesia.Dalam perkembangannya, setelah bisnis Berrybenka Group berkembang, Jason kemudian mengajak teman lamanya untuk bergabung, yaitu Danu Wicaksana yang dipercaya sebagai orang nomor dua di perusahaan startup tersebut. Namun pada tahun 2017 Danu Wijaksana keluar dari Berrybenka karena menjadi CEO Tcash.Seolah tak puas dengan Berrybenka, Jason tidak mau hanya menunggu dan membiarkan bisnisnya jalan di tempat, ia lalu membidik pasar baru yang dianggapnya memiliki potensi yang baik dalam meningkatkan penjualan.Perkembangan Berrybenka kian menjadi-jadi ketika lahirnya situs Hijabenka.com yang secara khusus membidik pasar busana muslim Indonesia. Lahirnya situs e-commerce Hijabenka membuat semakin luasnya pasar bisnis digital yang digeluti Jason Lamuda.Sama dengan Berrybenka, Hijabenka juga memiliki kemampuan untuk bisa bertahan dengan baik di dalam ketatnya persaingan yang ada. Kedua situs ‘kakak-beradik’ ini seolah-olah saling bahu membahu untuk mewujudkan ambisi mereka untuk menjadi e-commerce fashion dan kecantikan terbesar di Indonesia.Kalau mau menjadi nomor satu (di segmen) fashion e-commerce, mau tidak mau saya harus terus meluaskan bisnis dan layanan di seluruh sektor. Ucap Jason.Baca Juga: Kisah Sukses Diajeng Lestari – Pendiri Hijup – Para Wanita Simak ya!
Konsep Work-life balance
Work Life Balance adalah cara bekerja dengan tidak mengabaikan semua aspek kehidupan kerja, pribadi, keluarga, spiritual, dan sosial. Menurut pandangannya, bekerja dengan keseimbangan akan membuat semuanya berjalan dengan lebih mudah dan menyenangkan. Hal seperti inilah yang dijalankannya di dalam bisnisnya, sehingga bisnis tersebut tetap bertumbuh semakin besar dari hari ke hari.Bagi Jason, seorang pendiri harus bisa selalu membawa suasana yang baik dan visioner. Membangun bisnis akan selalu terlihat manis di luarnya, namun sebagai startup naik turun kondisi perusahaan sering digambarkan sebagai roller coaster. Jason mengatakan sehebat apa pun seorang founder ia tak akan bisa melakukannya sendiri. Makanya ia perlu membangun kerja tim yang solid.
Membangun Tim yang Solid
Untuk mengatasi permasalahan ini, Jason harus membangun sebuah tim yang handal, ia juga berpandangan bahwa sebuah startup belum tentu mampu memperkerjakan orang-orang terbaik dalam industri, terutama terkait dengan kemampuan keuangan. Ia lebih menyarankan untuk mengutamakan memilih orang-orang yang punya pikiran positif, mempunyai passion dan ketertarikan yang besar, dan mau bekerja keras dalam sebuah tim.Menciptakan suasana lingkungan yang menyenangkan bisa membuat sebuah perusahaan akan mudah berkembang, terutama karena kondisi naik turun startup yang cepat dan bisa menimbulkan kelelahan mental.Kalau perusahaan masih kecil kita masih bisa membangun kekeluargaan dengan lebih mudah, tetapi kalau pegawainya makin banyak itu akan sulit. Dramanya lebih banyak. Orang-orang yang sering bergosip, menjelek-jelekkan kolega, bos, atau yang lainnya bisa menjadi racun yang membuat suasana kerja tidak nyaman,” ujar Jason pendiri Berrybenka.Hal inilah alasan mengapa suasana kantor di kebanyakan perusahaan startup memiliki konsep yang casual dan menyenangkan.
Buka toko offline
Selain berjualan secara online, Berrybenka juga memperluas bisnisnya dengan memasuki jalur ritel omni-channel memalui kehadiran toko offline Berrybenka. Sebenarnya keputusan membuka toko offline ini terdengar agak aneh mengingat DNA Berrybenka yang besar sebagai Marketplace.Namun langkah ini dilakukan untuk melanjutkan strategi omni-channel yang mulai difokuskan sejak tahun 2017 lalu. Omni-channel merupakan gaya belanja yang dilakukan lebih dari satu channel, yaitu offline dan online.Menurut Jason, cukup mudah bagi Berrybenka untuk membuat toko offline karena mereka memang telah mempunyai koleksi baju dengan merek mereka sendiri. Sedangkan untuk e-commerce yang bersifat marketplace. fokus utama Berrybenka adalah untuk terus mengembangkan penjualan online dan offline, sembari membangun “jembatan penghubung” yang baik antara kedua bisnis tersebut.Per Mei 2018, Berrybenka telah memiliki 23 gerai toko offline. Mereka berniat terus menambah gerai offline di masa depan.