Jangan Emosi, Ini 5 Cara Menghadapi Keluarga yang ‘Toxic’

Jangan Emosi
Jangan Emosi
Iron Man
Iron Man
Print PDF

Bergelut dan berurusan dengan orang yang toxic bukanlah hal yang mudah. Apalagi pelaku toxic bukan berasal dari orang luar, melainkan dari anggota keluarga sendiri.

Dimana, seharusnya keluarga menjadi tempat tumbuh dan berkembang anggota keluarga dengan baik. Menjadi sumber kebahagiaan, serta tempat perlindungan yang paling aman.

Namun, tidak semua orang berada dalam lingkungan keluarga yang sehat. Ada keluarga yang justru menjadi akar dari rasa sakit dan trauma bagi anggota keluarganya. Kondisi tersebut, berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental dan fisik korban, serta anggota keluarga yang lainnya.

Menyadari adanya toxic family, hal yang ingin dilakukan adalah marah. Tapi, takutnya masalah akan semakin besar dan tidak terkendali. Namun, saat memilih diam dan membiarkan, bukan berarti toxic tidak terjadi lagi.

Sayangnya, tidak semua orang memiliki jalan keluar dan solusi dari masalah toxic family. Nah, jika kamu telah menyadari berada dalam lingkaran toxic. Alangkah baiknya segera mengambil tindakan yang tepat. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi anggota keluarga yang toxic.

1. Menghindari segala sesuatu yang bisa menjadi sumber masalah dengan pelaku toxic

Kebanyakan perilaku toxic terjadi karena suatu kejadian yang berjalan tidak sesuai dengan kehendaknya. Saat terjadi masalah, kamu tepat berada di lingkungan yang sama. Entah masalah itu terjadi karena kesalahanmu atau tidak, kamu bisa menjadi target amarahnya.

Namun, sayangnya bila pelaku toxic berasal dari anggota keluarga. Tentu, bukan hal yang mudah dan mustahil untuk menghindari mereka selamanya. Jika terpaksa harus bertemu, aturlah jarak agar tidak ada kontak fisik atau verbal dengan anggota keluarga yang toxic.

Tidak hanya menghindari, kamu juga tidak boleh mudah menceritakan masalah, rahasia, atau privasi dengan mereka. Alangkah baiknya, jika tidak pernah melibatkan pelaku toxic dalam urusan pribadimu.

Bukannya apa-apa, takutnya dengan pembahasan tersebut akan menimbulkan masalah dan sakit hati. Iya, bila mendapatkan nasihat dan dukungan. Bagimana jika kamu malah akan mendapatkan bullying dari masalah yang sedang menimpamu.

Jika pun anggota keluarga yang toxic bertanya, maka cukup jawab dengan netral dan jelas. Hindari pembicaraan yang bisa memancing emosi. Apabila terjadi perdebatan, langsung dengan sigap menghindari percakapan dan pergi.

2. Membatasi privasi, karena tidak semua hal harus diceritakan

Sebaiknya mulai saat ini, putuskan mana yang bisa diceritakan dan tidak. Biarkan masalah pribadi tetap menjadi privasi kamu saja. Jangan sekali-kali orang lain bisa masuk dalam urusan pribadimu, termasuk keluarga.

Akan sangat menyenangkan bila mendapatkan solusi dari bercerita. Tapi, bagaimana bila informasi tersebut malah menjadi alat untuk memanipulasi kamu. Percayalah, bukannya akan menyelesaikan masalah, bisa jadi akan timbul konflik dan masalah baru. 

So, mulailah berpikir cerdas dan batasi semua privasimu dari orang lain, termasuk keluarga yang toxic.

3. Berani berkata ‘tidak’ dengan tegas

Bukan hal yang mudah untuk menolak permintaan orang lain termasuk keluarga. Rasa tidak enak dan bersalah akan selalu hinggap di dalam kepala kita.

Kebanyakan orang berat untuk mengatakan ‘tidak’, karena rasa khawatir dan takut. Bagaimana jika suatu saat nanti kita sangat butuh pertolongan orang lain, namun malah mendapatkan penolakan. Perasaan belum siap inilah yang bisa membuat kita terperangkap dalam kehidupan yang toxic.

Misalkan, kamu ingin masuk jurusan seni. Sayangnya, orang tua tidak setuju dan ingin kamu masuk kedokteran. Kamu pun mengiyakan kehendak orang tua demi kebahagiaan mereka. Meski dengan sadar, kamu tidak memiliki passion dan skill disana.

Sangat bersyukur jika semua bisa berjalan dengan baik dan sesuai keinginan orang tua. Bagaimana jadinya jika tidak berjalan sesuai ekspetasi orang tua. Apakah mereka tetap memaklumi, atau malah akan mengkiriti dan menuntut kamu?

Masalah diatas sudah tergolong dalam toxic family. Meski tidak melakukan kekerasan secara fisik, namun hal tersebut juga masuk dalam kekerasan verbal. Hal tersebut cenderung merusak kesehatan mental seseorang, akibat tekanan yang diberikan.

Maka dari itu, jika ada keadaan yang menuntut kita untuk memilih. Sebaiknya, pilihlah sesuai dengan keinginan hatimu. Jangan pernah menganggap semua keinginan dan permintaan orang lain harus diiyakan.

Apabila berada di situasi yang membuat kamu merasa tidak bahagia, tertekan, tidak nyaman, atau berisiko bagi kehidupan dan masa depanmu. Mengatakan ‘tidak’ bisa menjadi salah satu pilihan yang terbaik.

Karena saat itulah, kamu bisa memutus rantai toxic family. Percayalah sepenuhnya terhadap dirimu sendiri, jangan pernah membiarkan hidupmu dalam tekanan keluarga yang toxic.

Ingat, berkata ‘tidak’ bukanlah kesalahan yang fatal. Kamu berhak memilih dan menentukan hidupmu sendiri!

4. Jangan terlalu berekspetasi berlebihan, mulailah beradaptasi pada lingkungan

Apabila anggota keluarga yang toxic berada di dalam keluarga inti. Maka, inilah saatnya untuk mengubah strategi dalam menghadapinya. Akan sangat sulit untuk mendapatkan ucapan maaf dari pelaku toxic. Oleh karena itu, jangan pernah menaruh ekspetasi yang lebih kepada mereka.

Daripada menunggu kesadaran dari pelaku toxic. Lebih baik, kita mulai beradaptasi dengan perilaku anggota keluarga yang toxic tersebut. 

Sesekali, cobalah untuk mengajaknya berbicara. Ingatkan bahwa apa yang telah dilakukannya termasuk toxic, bukanlah hal yang benar alias keliru. Karena hal tersebut bisa membuat orang lain tidak nyaman, termasuk keluarga disekitarnya.

Akan sangat baik, jika kita mampu membaca situasi yang sedang terjadi dan ‘accept’ perilaku toxic tersebut diluar kendali kita.

Dan yakinlah, tidak ada orang yang ingin tercipta menjadi orang jahat. Semua perilaku toxic yang terjadi bisa karena sebuah alasan dimasa lalu. Bisa jadi, dulunya dia adalah korban dari perilaku toxic. Sehingga, saat berada di lingkungan luar, dia menerapkan perilaku tersebut saat berhubungan dengan orang lain. 

5. Jika dirasa sudah tidak mampu, jangan segan untuk berkonsultasi dengan psikolog

Toxic bisa diartinya sebagai racun. Jadi toxic family yaitu perilaku buruk dari salah satu anggota keluarga yang berpengaruh buruk terhadap kehidupan anggota keluarga lainnya.

Biasanya, sikap orang yang toxic akan membuat orang lain tersakiti. Entah dari segi kesehatan metal, ataupun kesehatan fisik. Sehingga, saat berada dalam satu lingkungan dengannya, tidak memiliki perasaan yang aman dan nyaman.

Apabila situasinya sangat menyulitkan bila berhadapan dengan keluarga yang toxic. Dan, jika perilaku toxic tersebut sudah sangat mengganggu, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi dengan psikologi.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, berhubungan dengan anggota keluarga yang toxic bukanlah hal yang mudah. Tapi sebisa mungkin, memilih untuk menghindar bisa jadi solusi terbaik.