Pengertian Wacana adalah: Arti, Kriteria, Unsur, dan Jenis Wacana

Pengertian Wacana adalah: Arti
Pengertian Wacana adalah: Arti
Iron Man
Iron Man
Print PDF

Secara etimologi, istilah wacana berasal dari bahasa Sansakerta wac/wak/uak yang memiliki arti ‘berkata’ atau ‘berucap’. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap dan utuh yang terdiri dari kalimat atau rangkaian kalimat yang membentuk satu kesatuan baik disampaikan secara lisan maupun tulisan.

Wacana memang tidak terlepas dari makna gramatikal. Sebagian ahli menganggapnya sebagai satuan gramatikal tertinggi dalam percakapan umum. Dalam urusan-urusan formal, istilah ini dipakai untuk mendefinisikan sebuah informasi atau opini yang panjang dari seorang tokoh. Pemanfaatannya bisa juga dalam percakapan harian atau bahasa gaul. Lalu apa itu wacana? Berikut definisi wacana.

Pengertian Wacana Menurut Para Ahli

Pengertian Wacana Menurut Para Ahli

1. KBBI

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wacana adalah:

  • Komunikasi verbal; percakapan.
  • Keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan.
  • Suatu bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku, artikel, pidato, dan khotbah.
  • Kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat.
  • Pertukaran ide secara verbal.

2. Tarigan (1987)

Wacana adalah satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi dan koherensi yang baik,mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan dapat disampaikan secara lisanatau tertulis.

3. Kridalaksana (1984)

Wacana adalah satuan bahasa terlengkap, dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Wacana ini direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh (novel, buku, seriensiklopedia, dsb.), paragraf, kalimat, atau kata yang membawa amanat yang lengkap

4. Alwi, dkk (2000)

Wacana sebagai rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Dengandemikian sebuah rentetan kalimat tidak dapat disebut wacana jika tidak ada keserasian makna.Sebaliknya, rentetan kalimat membentuk wacana karena dari rentetan tersebut terbentuk maknayang serasi.

5. Sumarlam, dkk (2009)

wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog,atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (darisegi makna) bersifat koheren, terpadu.

6. Chaer (2007)

Wacana adalah unsur kebahasaan yang lengkap, lengkap dari segi kebahasaan maupun segi maknanya. Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar

Kriteria Wacana

Wacana memiliki kriteria dalam pembentukannya. Berikut kriteria wacana.

1. Memuat kohesi serta koherensi

Antara suatu komponen yang satu dengan lainnya di dalam sebuah wacana harus saling mempunyai keterkaitan dan kesesuaian. Tidak hanya itu, argumen per argumennya juga didukung oleh pola pikir rasional, bukan sebarangan dikeluarkan.

2. Kontinuitas

Kontinuitas berarti terdapat keberlanjutan dan konsistensi antara unsur-unsur yang membentuk sebuah wacana. Kriteria ini sifatnya wajib, di mana ketiadaannya dapat menggugurkan istilah wacana itu sendiri.

3. Memuat topik bahasan khusus

Ada maksud tertentu yang diuraikan melalui wacana, tetapi tujuannya jelas berbeda antara satu pembuat dengan pembuat lainnya. Kadang itu dimaksudkan untuk mengedukasi publik. Selain itu juga bertujuan mempersuasi agar penyimak mau melakukan tindakan tertentu. Contoh paling mudah pada kriteria ini adalah ceramah atau khutbah.

4. Disampaikan lewat tulisan dan/atau lisan

Ada kebebasan dalam memilih media penyampaian wacana, ini bisa berarti memanfaatkan lisan, tulisan, atau keduanya sekaligus. Misalnya, pelaku kampanye tidak akan puas hanya dengan berpidato saja, sehingga diterbitkanlah selebaran yang mengandung janji-janjinya.

5. Adanya proposisi

Proposisi merujuk pada istilah suatu kondisi di mana memicu kepercayaan atau argumen dalam wacana bisa divalidasi kebenarannya. Dengan kata lain, kesatuan bahasa yang tidak terbukti atau tidak kredibel bukanlah sebuah wacana.

6. Hierarki tertinggi dalam gramatikal

Wacana adalah hirarki tertinggi dalam sebuah gramatikal, di mana komponennya lengkap, besar, dan memuat kesimpulan tujuan. Gramatikal dalam hal ini mengacu pada tata bahasa dengan format baku sesuai ketentuan para ahli. Jadi, sebuah wacana menempati posisi teratas dalam aplikasinya.

Jenis-Jenis Wacana

Jenis-Jenis Wacana

1. Wacana Berdasarkan Bentuk

a. Wacana Deskripsi

Deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan dan pengalaman perasaan penulisnya. Tujuannya adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan apa yang ditulis.

b. Wacana Narasai

Wacana narasi adalah wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Wacana ini berusaha menyampaikan urutan terjadinya (kronologis), dengan memberikan arti sebuah kajian atau rentetan kejadian, dan agar pembaca memetik hikmah dari cerita tersebut.

c. Wacana Eksposisi

Wacana eksposisi adalah wacana yang dimaksudkan untuk menerangkan, menyanpaikan, atau menguraikan sesuatu hal yang dapat memperluas atau menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah memberikan suatu informasi tanpa ada maksud mempengaruhi pikiran, perasaan dan sikap pembacanya.

d. Wacana Persuasi

Wacana persuasi adalah wacana yang ditujukan untuk mempengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai suatu hal yang disampaikan penulisnya.

2. Wacana Berdasarkan Media Penyampaiannya

a. Wacana Tulis

Wacana tulis adalah jenis wacana yang disampaikan melalui tulisan. Wacana tulis ini bisa ditemui dalam artikel, majalah, dan buku.

b. Wacana Lisan

Wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan secara lisan atau langsung. Jenis wacana ini sering disebut tuturan atau ujaran. Wacana tulis bisa ditemui dalam sarana televisi, pidato, dan sebagainya.

3. Wacana Berdasarkan Jumlah Penutur

a. Wacana Dialog

Wacana dialog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh dua orang atau lebih. Jenis wacana ini bisa berbentuk tulis ataupun lisan. Wacana dialog bisa ditemui dalam percakapan atau pembicaraan dalam telepon, wawancara, teks drama, dan sebagainya.

b. Wacana Monolog

Wacana monolog adalah jenis wacana yang dituturkan oleh satu orang. Penuturanya bersifat satu arah dan tidak memihak. Beberapa bentuk wacana monolog antara lain adalah pidato, pembaca puisi, pembaca berita dan sebagainya.

Baca Juga: Pengertian, Jenis, dan Manfaat Kosakata

Unsur-Unsur Wacana

Wacana memiliki unsur-unsur dalam pembentukannya. Berikut unsur-unsur wacana.

1. Lengkap

Wacana adalah susunan paragraf yang harus lengkap atau memiliki kesamaan inti antara komponen satu dengan lainnya. Maksud dari kelengkapan ini yaitu memberikan dukungan terhadap pokok pikiran yang hendak disampaikan oleh pihak pembuat wacana. Biasanya, itu disertai definisi, keterangan khusus, detail spesifik, hingga contoh nyata dalam kehidupan.

2. Bersatu

Tidak hanya lengkap, tetapi juga harus memuat satu-kesatuan antara komponen-komponen yang berperan di dalamnya. Dengan adanya kesatuan ini sekaligus mengindikasikan keterikatan di mana tidak dapat dipisah-pisahkan. Ada pola tertentu yang dipakai dalam syarat ini, yaitu pola dari khusus menuju umum, atau sebaliknya yaitu umum ke khusus.

3. Terpadu

Wacana adalah susunan paragraf yang saling terpadu dengan rasional dan utuh. Keterpaduan ini tidak dapat dibantah karena dikhawatirkan argumen di dalamnya tidak bisa dipahami oleh penyimak. Biasanya, keterpaduan juga ditunjukkan melalui keberadaan kata hubung, baik antar kalimat maupun intra kalimat.

Untuk kata hubung yang sifatnya intra kalimat biasanya tertuang dalam ungkapan seperti jika, sedangkan, apabila, dan sejenisnya. Sementara itu, antar kalimat dihubungkan oleh diksi serupa selanjutnya, jadi, kemudian, dan seterusnya. Kalimat-kalimat ini pada ujungnya menjelaskan keterpaduan antara komponen di dalam sebuah wacana.