Banyak Pengusaha Melupakan 7 Kesahalan ini Sehingga Bisnis Mereka Tidak Awet

Banyak Pengusaha Melupakan 7 Kesahalan ini Sehingga Bisnis Mereka Tidak Awet
Banyak Pengusaha Melupakan 7 Kesahalan ini Sehingga Bisnis Mereka Tidak Awet
Iron Man
Iron Man
Print PDF

Untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses memang tidak mudah, perlu adanya banyak perjuangan keras dan jiwa yang tangguh. Karena menjadi pengusaha itu artinya akan ada banyak resiko gagal atau bangkrut dalam setiap langkahnya.

Meskipun begitu, bukan berarti semua resiko itu dapat menghalangi Anda untuk tetap maju. Hanya saja Anda perlu memahami berbagai strategi bisnis, termasuk kesalahan umum yang biasanya sering dilakukan pebisnis.

Kesalahan-kesalahan itu biasanya sering dilakukan oleh beberapa pebisnis, terutama untuk bisnis berskala kecil dan pemula. Bisnis berskala kecil memang rentan terhadap kerugian hingga berakhir denga kebangkrutan total. Sedangkan untuk pengusaha pemula terkadang mereka tidak memiliki banyak pengalaman untuk memahami pasarnya.

Jika Anda ingin bisnis awet dan terhindar dari kebangkrutan total, sebaiknya hindari 7 kesalahan di bawah ini:

1. Tidak Memahami Pasar

Tidak Memahami Pasar
Photo by Min An from Pexels

Kesalahan fatal yang seringkali dilakukan saat membangun bisnis, terutama bisnis berskala kecil ialah tidak memahami pasar. Kebanyakan pebisnis tidak melakukan riset terhadap pasar yang ditargetkannya. Bahkan yang lebih fatal lagi tidak memiliki target pasar. Kesalahan ini beresiko besar terhadap kebangkrutan bisnis lebih awal. Karena mereka tidak memiliki pandangan apapun terhadap pasar.

Logikanya, pasar ini merupakan penentu kemana arah bisnis Anda akan berjalan. Dan pasar juga menentukan bagaimana cara Anda mengelola bisnis Anda agar sesuai dengan yang Anda harapkan.

Jadi, usahakan pahami terlabih dahulu kondisi pasar yang menjadi target bisnis Anda. Pahami bagaimana respon calon konsumen terhadap produk atau jasa yang Anda tawarkan. Dengan begitu, pengelolaan bisnis Anda akan menjadi lebih terarah.

2. Menghabiskan Budget untuk Modal Awal

Menghabiskan Budget untuk Modal Awal
Photo by Burst from Pexels

Kehabisan modal merupakan faktor yang paling nampak pada kebangkrutan yang dialami kebanyakan pebisnis. Bisnis apapun akan terhenti beroperasi jika modal atau dana yang dibutuhkan telah habis.

Kehabisan modal terjadi karena beberapa hal, dan yang paling sering karena terlalu banyak menghabiskan budget di awal. Pada saat pertengahan bisnis beroperasi, modal sudah habis dan tak bisa lagi berkembang.

Hal yang perlu Anda ingat bahwa ketika merintis sebuah bisnis, membutuhkan waktu yang lama untuk mengembalikan modal awal. Usahakan sisakan budget untuk dijadikan modal dalam langkah selanjutnya.

Jadi, jangan habiskan seluruh modal di awal. Lebih baik rintis saja bisnis dari skala terkecilnya. Kemudian Anda kembangkan secara perlahan-lahan dengan modal yang tersisa, sehingga menjadi sebuah bisnis yang besar.

3. Menyatukan Rekening Pribadi dengan Perusahaan

Menyatukan Rekening Pribadi dengan Perusahaan
Photo by Pixabay from Pexels

Sebuah kesalahan yang cukup fatal dalam berbisnis jika Anda menggabungkan rekening perusahaan dengan rekening pribadi. Hal ini akan terjadi pengelolaan keuangan yang tidak benar dalam bisnis yang Anda kelola.

Dengan rekening yang menyatu, Anda akan sulit untuk membedakan antara pengeluaran untuk kebutuhan bisnis dan kebutuhan pribadi. Begitu juga untuk pemasukan yang didapat akan sulit dibedakan yang mana dari bisnis dan yang mana uang pribadi Anda.

Pengelolaan antara keuangan pribadi dengan keuangan bisnis akan tumpang tindih. Kondisi pengelolaan yang seperti ini akan mempengaruhi pencatatan untuk pendapatan akan sulit diperhitungkan.

Selain itu, dengan menggabungkan rekening pribadi dan rekening bisnis dikhawatirkan Anda akan menggunakan uang bisnis untuk keperluan pribadi. Atau sebaliknya Anda menggunakan uang pribadi untuk keperluan bisnis.

4. Biaya Kebutuhan Bisnis Dibayari Uang Pribadi

Biaya Kebutuhan Bisnis Dibayari Uang Pribadi
Photo by Andrea Piacquadio from Pexels

Mungkin membayari biaya kebutuhan bisnis dengan uang pribadi memang nampak tidak apa-apa. Toh, bagaimanapun modal yang digunakan adalah tanggung jawab Anda sebagai orang yang mengelola bisnis tersebut.

Tapi, ketahuilah bahwa dengan membayari kebutuhan bisnis dengan uang pribadi itu sangat tidak sehat jika diterapkan dalam bisnis. Kondisi yang seperti itu akan menimbulkan kerancuan dalam pengelolaan keuangan.

Anda akan mengalami kesulitan dalam membuat laporan keuangan nantinya. Sekalipun bisnis itu berskala kecil, profesionalisme dalam menyusun keuangan memang harus ditegaskan terhadap diri sendiri.

Pisahkan keuangan pribadi dengan keuangan bisnis, sebisa mungkin tahan untuk tidak membayari tagihan yang menjadi kebutuhan bisnis. Jika memang kepepet, maka gunakan sistem meminjam tanpa menggunakan uang pribadi.

5. Tidak Ada Planning untuk Setiap Kemungkinan

Tidak Ada Planning untuk Setiap Kemungkinan
Photo by Christina Morillo from Pexels

Jika Anda ingin menjadi seorang pebisnis, Anda harus mampu bertahan dengan segala kondisi dan siap dengan segala resiko. Semua resiko yang memungkinkan terjadi harus dipersiapkan secara matang.

Pebisnis yang matang selalu menyiapkan berbagai planning untuk setiap kemungkinan yang bisa saja terjadi. Selalu ada plan A, plan B sebagai alternatif kalau plan A gagal, dan selalu ada plan C untuk kemungkinan gagal selanjutnya.

Karena bagaimanapun, bisnis itu bersifat random, sulit ditebak. Resiko kegagalan dalam berbisnis akan selalu ada bahkan sangat dekat. Dan mengalami kegagalan termasuk hal yang memang biasa terjadi dalam bisnis.

Selama ini kebanyakan pebisnis terlalu percaya dengan satu planning. Jadi saat mereka mengalami kegagalan pada plan tersebut, itu dianggap kegagalan total. Ini terjadi karena mereka tidak siap dengan resiko gagal.

Hal inilah yang menjadi faktor bisnis tidak bisa bertahan lama alias bangkrut. Untuk itu, persiapkan semuanya planning secara matang. Persiapkan planning dengan detail hingga sampai kemungkinan terburuknya.

6. Memberikan Promo Berlebihan

Memberikan Promo Berlebihan
Photo by Artem Beliaikin from Pexels

Persaingan bisnis yang semakin ketat melahirkan banyak strategi pemasaran semakin beragam. Ada banyak cara yang dilakukan untuk menarik perhatian konsumen agar melirik bisnis yang dikelola.

Salah satu strategi yang saat ini banyak dilakukan para pebisnis ialah memberikan promo atau diskon kepada konsumen. Seolah berlomba-lomba memenangkan kompetisi dengan mengobral promo.

Sebenarnya ini termasuk stretegi yang bagus dan sangat efektif untuk menjaring konsumen lebih banyak. Akan tetapi, jika Anda memainkan promo dalam bisnis Anda, maka harus benar-benar bijak.

Hindari memberikan promo yang berlebihan. Berikan saja promo sesuai dengan kondisi bisnis Anda. Dan jangan pernah memberikan promo dengan jumlah di luar kemampuan bisnis Anda.

7. Tidak Menyiapkan Dana Darurat

Tidak Menyiapkan Dana Darurat
Photo by Lukas from Pexels

Dana darurat mengambil peran penting dalam membangun dan mengelola sebuah bisnis, entah itu bisnis berskala kecil maupun besar. Semua bisnis harus memiliki cadangan dana untuk keperluan darurat.

Biasanya, dalam mengelola bisnis para pengusaha akan dipertemukan dengan hal-hal atau kebutuhan yang tak terduga. Beberapa contoh hal tak terduga diantaranya seperti ganti rugi pada konsumen atau kecelakaan kerja.

Banyak para pengusaha yang jatuh saat berada di posisi ini karena tidak menyediakan anggaran dana darurat. Pada akhirnya mereka mengambil pilihan untuk berhutang dan merusak stabilitas keuangan.

Jadi, kalau Anda membangun sebuah bisnis, entah itu bisnis besar maupun kecil, selalu anggarkan dana tak terduga atau dana darurat. Dana darurat ini sangat penting untuk menjaga agar hutang tidak menumpuk.

Sebesar apapun bisnis dijalani, keuangan selalu menjadi hal yang paling vital dalam menjaga kelangsungan bisnis. Banyak pebisnis yang jatuh bangkrut karena salah dalam mengelola keuangan bisnisnya.

Seperti yang Anda lihat dari berbagai ulasan di atas, masalah umum yang paling sering terjadi dalam berbisnis ialah masalah keuangan. Anda harus pandai menyusun anggaran dan mengelola keuangan.

Jadi, itulah beberapa masalah umum yang sering dialami oleh para pebisnis terutama untuk rintisan bisnis berskala kecil. Bisnis-bisnis berskala kecil sangat rentan terhadap masalah ini yang dianggap remeh sehingga cepat gulung tikar.